BAB II
DINAMIKA PARTIKEL
A. Dinamika
Partikel
1. Sifat
kelembaman & Hukum kelembaman (hukum pertama Newton)
Ketika berada dalam mobil yang
sedang melaju, kita akan terdorong ke depan jika mobil tiba-tiba direm dan
terdorong ke belakang jika mobil tiba-tiba dipercepat. Hal itu terjadi karena
tubuh kita ingin mempertahankan keadaan sebelumnya. Setiap benda mempunyai
sifat ingin mempertahankan keadaannya. Artinya, benda yang diam cenderung untuk
tetap diam dan benda yang bergerak cenderung untuk tetap bergerak. Sifat
seperti ini disebut sifat kelembaman atau inersia benda. Tahukah kita arti
kelembaman? Kelembaman artinya kelambanan atau kemalasan. Maksudnya, keadaan
benda lamban atau malas berubah dari keadaan sebelumnya.
Hukum
pertama newton menyatakan bahwa sebuah benda dalam keadaan diam atau bergerak
dengan kecepatan konstan akan tetap diam atau akan terus bergerak dengan kecepatan konstan
kecuali ada gaya eksternal yang bekerja pada benda itu. Kecenderungan ini
digambarkan dengan mengatakan bahwa benda mempunyai kelembaman. Sehubungan dengan itu, Hukum pertama Newton seringkali dinamakan hukum kelembaman. Sebelum
Galileo, pada umumnya dipikirkan bahwa gaya, seperti dorongan atau tarikan,
diperlukan untuk mempertahankan benda agar terus bergerak dengan kecepatan
konstan. Dalam pengalaman sehari-hari, jika sebuah buku didorong di atas sebuah
meja kemudian dibiarkan, buku akan meluncur untuk beberapa saat kemudian
berhenti. Galileo, dan kemudian Newton, mengakui bahwa dalam keadaan semacam
itu buku itu tidak bebas dari gaya eksternal karena ada gaya gesekan. Jika kita
memperluas permukaan meja, buku meluncur lebih jauh, dan berkurangnya kecepatan
dalam suatu waktu tertentu lebih kecil. Jika kita topang buku itu pada bantalan
udara yang tipis (hal ini mungkin pada meja udara), buku akan meluncur untuk
waktu dan jarak yang jauh dengan hampir tanpa perubahan nyata dalam
kecepatannya.
Galileo
mempelajari gerakan dengan melakukan eksperimen dimana ia menggelindingkan bola
naik dan turun bidang-bidang miring. Ia menemukan, misalnya, bahwa jika sebuah
bola digelindingkan menuruni bidang miring, kelajuannya bertambah dengan jumlah
yang sama dalam selang waktu yang sama. Contoh lain, sebuah balok yang berada
dalam keadan diam, jika dibiarkan begitu saja (tidak diberi pengaruh luar) maka
balok tersebut akan tetap diam. Balok dapat mengalami perubahan keadaan
geraknya jika kepada balok tersebut bekerja suatu pengaruh luar yang disebut
dengan gaya. Pada dasarnya setiap benda memiliki sifat inert (lembam), artinya bila tidak ada gangguan dari luar
benda cenderung mempertahankan keadaan geraknya. Newton mengartikan keadaan
gerak ini sebagai kecepatan benda. Bila resultan pengaruh dari luar sama dengan
nol, maka kecepatan benda tetap dan benda bergerak lurus beraturan atau diam
jika awalnya memang diam. Dengan demikian pernyataan Aristoteles bahwa gaya
diperlukan untuk mempertahankan gerak tidaklah tepat. Benda bisa saja tetap
bergerak lurus beraturan meskipun tidak ada gaya yang bekerja padanya. Karena
kecepatan adalah besaran relatif, artinya kecepatan bergantung kepada kerangka
acuan yang dipakai, maka pernyataan bahwa kecepatan benda tidak berubah juga
bergantung kepada kerangka acuan. Hukum pertama Newton dirumuskan sebagai
berikut: ”Dalam kerangka inersial, setiap
benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali jika
ia terpaksa mengubah keadaan tersebut oleh gaya-gaya dari lingkungan tempat
benda berada”.
Sebuah
kerangka acuan dimana hukum pertama Newton berlaku dinamakan kerangka acuan
inersial. Tiap kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan konstan relatif
terhadap suatu kerangka acuan inersial adalah juga kerangka acuan inersial.
Suatu kerangka acuan yang terikat pada permukaan bumi sebenarnya bukan kerangka
acuan inersial karena percepatan kecil permukaan bumi (relatif terhadap pusat
bumi) yang disebabkan rotasi bumi, dan karena percepatan sentripetal yang kecil
dari dari bumi itu sendiri sehubungan dengan peredarannya mengelilingi
matahari. Namun, percepatan-percepatan ini berorde 0,01 m/s2 atau
kurang, sehingga dalam pendekatan yang baik, kerangka acuan yang terikat pada
permukaan bumi adalah kerangka acuan inersial.
2. Hukum
Newton tentang gerak
Hukum
tentang gerak dan penyebabnya sudah mulai dikaji sejak zaman Aristoteles
(384-322 SM). Aristoteles menganggap bahwa suatu gaya, baik berupa tarikan
maupun dorongan diperlukan untuk menjaga suatu benda bergerak. Pada generasi
berikutnya lahir ilmuan seperti Copernikus, brahe, dan kepler yang banyak
menawarkan model analisis gerak benda-benda langit. Galileo bahkan telah
memperkenalkan suatu besaran yang ia namai sebagai kuantitas gerak. Besar inilah yang kini dikenal sebagai momentum.
Pada tahun meninggalnya Galileo lahirlah Issac Newton yang kemudian menjadi
orang pertama yang berhasil memberikan penjelasan secara mendasar tentang
hukum-hukum gerak melalui ketiga hukumnya yang terkenal. Hukum newton, meskipun
tampak sangat sempurna, namun masih didapati bahwa hukum-hukum tersebut tidak
berlaku universal, namun masih membutuhkan modifikasi untuk benda pada
kecepatan sangat tinggi (mendekati kecepatan cahaya) dan untuk benda dengan ukuran
yang sangat kecil (atom). Hukum gerak Newton ada 3 yaitu:
a. Hukum
Gerak pertama Newton
Aristoteles
(384-322 SM) percaya bahwa diperlukan sebuah gaya untuk menjaga agar sebuah
benda tetap bergerak sepanjang bidang horizontal. Ia mengemukakan alasan bahwa
untuk membuat sebuah buku bergerak melintasi meja, kita harus memberikan gaya
pada buku tersebut secara kontinu. Menurut Aristoteles, keadaan alami sebuah
benda adalah diam, dan dianggap perlu adanya gaya untuk menjaga agar benda
tetap bergerak. Lebih jauh lagi. Aristoteles mengemukakan, makin besar gaya
pada benda, makin besar pula lajunya. Kira-kira 2000 tahun kemudian, Galileo
mempertanyakan pandangan-pandangan Aristoteles ini dan menemukan kesimpulan
yang sangat berbeda. Galileo mempertahankan bahwa sama alaminya bagi sebuah
benda untuk bergerak dalam keadaan diam. Pemikiran Galileo yang jenius untuk
membayangkan dunia yang ideal seperti itu dalam hal ini, dunia dimana tidak ada
gesekan dan untuk melihat bahwa hal ini bisa menghasilkan pandangan yang lebih
berguna mengenai dunia nyata. Idealisasi inilah yang kemudian membuatnya sampai
pada kesimpulan hebatnya bahwa jika tidak ada gaya yang diberikan kepada benda
yang bergerak, benda itu akan terus bergerak dengan laju konstan dengan
lintasan yang lurus. Sebuah benda melambat hanya jika ada gaya yang diberikan
gesekan kepadanya. Dengan demikian, Galileo menganggap gesekan sebagai gaya
yang sama dengan dorongan atau tarikan biasa.
Perbedaan
antara sudut pandang Aristoteles dan Galileo tidak berarti salah satu salah
atau betul. Pandangan Aristoteles tidak sepenuhnya salah, karena pengalaman
kita sehari-hari menunjukkan bahwa benda yang bergerak cenderung berhenti jika
tidak didorong terus menerus. Perbedaan sebenarnya terletak pada kenyataan
bahwa pandangan Aristoteles mengenai “keadaan alami” sebuah benda pada intinya
merupakan pernyataan final tidak mungkin ada perkembangan selanjutnya. Dipihak
lain, analisis Galileo dapat diperluas dan menjelaskan lebih banyak fenomena,
dan memberikan teori kuantitaf yang memungkinkan ramalan-ramalan yang dapat
dibuktikan. Dengan melakukan lompatan kreatif dalam membayangkan situasi tidak
ada gesekan yang secara eksperimental tidak dapat dilakukan, dan dengan
menganggap gesekan sebagai gaya, Galileo bisa mencapai kesimpulan bahwa sebuah
benda akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan jika tidak ada gaya yang
bekerja untuk merubah.
Berdasarkan
penemuan ini, Isaac Newton membangun teori geraknya yang terkenal. Analisis
Newton tentang gerak dirangkum dalam “tiga hukum gerak”-nya yang terkenal.
Dalam karya besarnya, principia (diterbitkan tahun 1687), Newton menyatakan
terima kasihnya kepada Galileo. Pada kenyataannya, hukum gerak Newton pertama
sangat dekat dengan kesimpulan Galileo. Hukum tersebut menyatakan bahwa:
“ Setiap benda tetap berada dalam
keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus, kecuali
jika diberi gaya total yang tidak nol ” Kecenderungan sebuah benda
untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak tetapnya pada garis lurus disebut
inersia. Dengan demikian hukum Newton pertama sering disebut hukum inersia.
Hukum
I Newton menyatakan: “Bila benda tidak
menderita gaya luar maka benda itu tetap dalam keadaan stasioner ”. Benda
disebut dalam keadaan stasioner bila
benda itu dalam keadaan diam atau melakukan gerak
lurus beraturan (GLB). Kata tetap
berarti bila tanpa gaya luar yang bekerja padanya maka benda tetap diam atau
GLB. Artinya, setiap benda cenderung mempertahankan keadaannya alias malas berubah atau bersifat lembam
(inersia). Jadi Hukum 1 Newton bermakna pula bahwa setiap benda selalu memiliki
sifat lembam karena cenderung mempertahankan keadaannya. Contoh dari
keberlakuan hukum ini adalah benda-benda angkasa yang melayang karena tidak
berinteraksi dengan benda apapun disekitarnya sehingga keadaan gerak dari benda
itu selalu stasioner. Buku yang selalu diam di atas meja bila tidak ada
seseorang yang memindahkannya juga merupakan contoh berlakunya Hukum 1 Newton.
Bila seorang penumpang bus terlempar ke depan karena bus direm mendadak, ada
yang menyebut bahwa penumpang itu terlempar ke depan karena dorongan gaya hantu
(the devil force). Namun sebenarnya
hal itu termasuk contoh berlakunya Hukum 1 Newton, sebab ketika tanpa gaya
luar, penumpang itu cenderung mempertahankan keadaannya, yaitu melakukan GLB,
terbukti dia terlempar ke depan. Jika menderita N buah gaya, masing-masing Fi
(i=1,2,3,…N), maka Hukum I Newton
secara matematis dapat dinyatakan:
(dalam
Trikuntoro: 70)
b. Gaya,
massa, dan Hukum kedua Newton
Hukum
pertama dan kedua Newton dapat dianggap sebagai definisi gaya. Gaya adalah
suatu pengaruh pada sebuah benda yang menyebabkan benda mengubah kecepatannya,
artinya dipercepat. Arah gaya adalah arah percepatan yang disebabkannya jika
gaya itu adalah satu-satunya gaya bekerja pada benda tersebut. Besarnya gaya
adalah hasil kali massa benda dan besarnya percepatan yang dihasilkan gaya.
Definisi gaya ini sesuai dengan konsep intuitif kita tentang gaya sebagai suatu
dorongan atau tarikan seperti yang dilakukan otot kita. Secara eksperimen telah
,ditemukan bahwa jika dua atau lebih gaya bekerja pada benda yang sama,
percepatan benda adalah sama seperti jika benda dikenai gaya tunggal yang sama
dengan penjumlahan vektor gaya-gaya itu sendiri. Artinya, gaya-gaya dijumlahkan
sebagai vektor-vektor.
Massa
adalah sifat intrinsik sebuah benda yang mengukur resistensinya terhadap
percepatan. Rasio dua massa dapat didefinisikan sebagai berikut. Jika gaya F dikerjakan pada benda bermassa m1, dan menghasilkan
percepatan a1, maka:
1
1
Jika gaya yang sama
dikerjakan pada benda kedua yang massanya m2,
dan menghasilkan percepatan a2, maka
2
2
Dengan menggabungkan
persamaan-persamaan ini, kita dapatkan:
1
1
2
2
Atau
(dalam
Tipler : 91)
Jadi
rasio massa dua benda didefinisikan dengan menerapkan gaya yang sama pada
masing-masing benda dan membandingkan percepatannya. Definsi ini sesuai dengan
konsep intuitif kita tentang massa.
Sebagai
contoh, jika sebuah benda lebih besar dibanding benda lainnya sesuai dengan
penggunaan istilah sehari-hari, kita akan mendapatkan bahwa sebuah gaya
menghasilkan percepatan yang lebih kecil pada benda yang lebih masif. Secara
eksperimen, kita dapatkan bahwa rasio percepatan a1/a2
yang dihasilkan oleh gaya yang sama yang bekerja pada dua benda tidak bergantung pada jenis gaya yang
digunakan, artinya tidak peduli apakah gaya tersebut disebabkan pegas, gaya
tarik gravitasi, gaya tarik atau gaya tolak listrik atau magnet, dan seterusnya.
Kita juga mendapatkan bahwa jika massa m2
ternyata dua kali massa m1
lewat perbandingan langsung dan jika massa ketiga m3 didapatkan 4 kali massa m1, maka m3
akan menjadi dua kali massa m2
jika kedua massa itu dibandingkan secara langsung. Karena itu kita dapat
membentuk suatu skala massa dengan memilih satu benda tertentu sebagai standar
dan menetapkannya sebagai massa 1 satuan. Benda standar internasional adalah
sebuah silinder campuran platinum yang disimpan di internasional Bureau of
Weights and Measures di Sevres, Perancis. Massa benda standar itu adalah 1
kilogram, yaitu satuan SI untuk massa.benda standar dapat digunakan untuk
menghasilkan standar kedua dengan pembandingan langsung, dan massa tiap benda
lain kemudian dapat dicari dengan membandingkan percepatan yang terjadi padanya
oleh gaya tertentu dengan percepatan yang dihasilkan pada standar kedua
itu. Massa sebuah benda merupakan sifat
intrinsik benda yang tidak bergantung pada lokasi benda. Artinya, massa sebuah
benda tetap sama apakah benda itu di bumi, di bulan, atau di angkasa luar.
Gaya
yang diperlukan untuk menghasilkan percepatan 1 m/s2 pada benda
standar didefinisikan sebagai 1 Newton (N). dengan cara sama, gaya yang
menghasilkan percepatan 2 m/s2 pada benda standar itu didefinisikan
sebagai 2 N.
Hukum Newton II menyatakan hubungan antara gaya dan
perubahan keadaan gerak secara kuantitatif. Newton menyebutkan bahwa kecepatan
perubahan kuantitas gerak suatu partikel sama dengan resultan gaya yang bekerja
pada partikel tersebut. Dalam bahasa kita sekarang kuantitas gerak yang
dimaksudkan oleh Newton diartikan sebagai momentum p yang didefinisikan
sebagai berikut p = mv dengan m adalah massa partikel dan v adalah
kecepatannya. Dalam mekanika klasik pada umumnya massa partikel adalah tetap,
hukum II Newton dituliskan sbb:
Atau
=
(dalam )
Contoh Soal :
1)
Sebuah mobil mempunyai massa 400 kg
dipercepat oleh mesinnya dari keadaan diam sampai 50 m/s, dalam waktu 20 s.
Jika gesekan diabaikan tentukanlah gaya mesin yang menghasilkan percepatan ini
Jawab :
Diket :
m= 400 kg
v0 = 0 m/s
vt = 50 m/s
t = 20 s
Ditanyakan
F……?
Penyelesaian:
t =
o +
=
=
=
c. Hukum
ketiga Newton
Hukum III Newton juga sering disebut
hukum aksi reaksi. Untuk memahami hukum aksi reaksi kita perhatikan gambar berikut
:
Seekor katak
sedang berdiri di atas papan beroda. Si katak memegangi tali yang dihubungkan
dengan sebuah tiang yang kukuh. Jika si katak menarik tali dengan gaya F (arah
ke kanan), si katak akan bergerak ke kiri. Hal itu berarti pasti ada gaya yang
arahnya ke kiri (F1). Jika gaya F disebut gaya aksi, gaya F1 disebut gaya
reaksi. Gaya F dan F1 disebut pasangan gaya aksi reaksi. Keadaan seperti itu
dikenal dengan hukum III Newton. Secara lengkap, Newton menyatakan bahwa jika
benda pertama mengerjakan gaya aksi pada benda kedua, benda kedua memberikan
gaya reaksi pada benda pertama yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.
Pada gambar di
atas, gaya tarik F diteruskan oleh tali sampai ke tiang. Setelah mengenai
tiang, gaya F berubah menjadi gaya F2. Secara umum, besar gaya F tidak sama
dengan F2. Jadi, gaya F1 dan F2 bukanlah pasangan gaya aksi reaksi. Karena
ditarik tali dengan gaya F2, tiang memberi reaksi dengan gaya F3. Dalam hal
ini, gaya F2 dan F3 merupakan pasangan gaya aksi reaksi.
1) Pasangan gaya aksi dan reaksi
bekerja pada dua benda yang berlainan, pasangan yang bekerja pada satu benda
bukan merupakan pasangan gaya aksi dan reaksi.
2) Besar gaya aksi sama dengan gaya
reaksi, tetapi arahnya berlawanan. Perlu diperhatikan bahwa pasangan gaya aksi
dan reaksi selalu muncul secara bersamaan. Jadi, keduanya dapat saling
dipertukarkan, tergantung darimana kita memandangnya. Namun, dalam soal-soal
fisika biasanya disebutkan bahwa yang kita lakukan disebut gaya aksi. Peristiwa
sehari-hari yang menunjukkan adanya gaya aksi-reaksi adalah sebagai berikut:
- Jika tangan kita menghantam dinding,
kita tentu merasa kesakitan. Makin keras kita menghantam, rasa sakitnya semakin
bertambah. Hal ini terjadi karena dinding memberikan reaksi terhadap aksi yang
kita lakukan.
- Agar dapat melompat tinggi, seorang
pemain basket harus menjejakkan kakinya ke tanah kuat-kuat. Hal itu berarti ia
memberi gaya aksi pada tanah. Karena diberi gaya aksi, tanah memberikan gaya
reaksi. Gaya reaksi dari tanah itulah yang menyebabkan pemain basket itu
terangkat (meloncat). Demikian pula yang terjadi pada orang yang berjalan. Pada
saat berjalan, ia menekan tanah ke belakang. Dengan kata lain, ia memberi gaya
aksi pada tanah. Akibatnya, tanah memberi gaya reaksi kepada orang itu. gaya
reaksi inilah yang mendorong orang ke depan (berjalan maju).
Hukum III Newton, menyatakan: “sistem terisolasi yang melibatkan 2 benda, maka gaya aksi (Faksi)
oleh benda 1 sama besar dan berlawanan arah dengan gaya reaksi (Freaksi)
oleh benda 2”.
Secara matematika, Hukum III Newton dinyatakan oleh
kaitan:
(dalam
Tri kuntoro : 72)
Cirinya,
pasangan gaya itu saling berinteraksi (saling panah) dan pusat massa dari kedua
benda itu diam.
Keberlakuan
Hukum III Newton dapat diuraikan dari hukum kekekalan momentum linear. Ditinjau
sistem terisolasi (sistem yang tidak
menderita gaya luar) yang terdiri dari 2 buah massa masing-masing m1 dan m2. Berhubung tidak ada gaya luar yang mempengaruhi
sistem itu maka gaya yang diderita oleh m1
hanya diakibatkan oleh m2,
dan sebaliknya.
Itu berarti terdapat interaksi timbal-balik antara m1 dengan m2.
Mengingat sistem dalam keadaan terisolasi bermomentum linear sistem itu tetap (Ptotal =tetap), berarti
perubahan momentum linearnya (ΔPtotal)
adalah nol. Itu merupakan pernyataan dari hukum kekekalan momentum linear. ΔPtotal
disumbang oleh perubahan momentum linear pada m1 (= ΔP1) dan
pada m2 (= ΔP2). Selanjutnya dapat
ditulis ΔPtotal = ΔP1 + ΔP2 = 0. Berikutnya, kaitan antara
perubahan momentum m1 dengan
m2
dapat ditulis:
(dalam Tri Kuncoro : 73)
Jika persamaan diatas dibagi dengan
selang waktunya (Δt), bentuknya
menjadi:
Ketika selang waktu itu mendekati nol, maka
, dan
, di mana bentuk
(= F12) tidak lain adalah gaya yang diderita m1 karena berinteraksi dengan
m2, sedangkan
(= F21) merupakan
gaya diderita m2 karena
berinteraksi dengan m1,
yang selanjutnya dipenuhi kaitan:
(dalam Tri kuntoro : 74)
Lambang
F12
merupakan gaya diderita m1
yang disebut gaya aksi,
sedangkan F21 disebut gaya reaksi.
Contoh
peristiwa yang mengacu Hukum III Newton adalah seseorang mendorong dinding dan dinding tetap berdiri kokoh. Pada
peristiwa ini yang merupakan sistem terisolasi adalah orang dan dinding,
sedangkan pemberi gaya aksi (oleh orang) dan gaya reaksi (oleh dinding) yang
tetap kokoh berdiri. Semakin besar gaya aksi diberikan oleh orang menyebabkan
semakin besar pula gaya reaksi oleh dinding. Gaya reaksi ( oleh dinding) selalu
berlawanan arah dengan gaya aksi (oleh orang). Pusat massa dua benda (orang dan
dinding) itu diam sehingga pada peristiwa itu keduanya diam. Namun bila dinding
yang didorong itu runtuh maka Hukum III Newton tidak berlaku lagi dan yang
berlaku sekarang adalah Hukum II Newton. Keberlakuan Hukum II Newton disebabkan
pada peristiwa ini gaya yang diberikan pada dinding sebanding dengan percepatan
dinding yang runtuh.
Ciri
khusus dari keberlakuan Hukum III Newton adalah adanya pasangan gaya aksi reaksi serta pusat massa
dari dua benda yang berinteraksi itu diam. Contoh kasus ini buku diatas meja menampilkan
gaya berat buku ( W ) dan gaya angkat oleh meja terhadap buku (disebut gaya
normal N). antara W dengan N bukanlah pasangan gaya aksi reaksi. Gaya berat
pada buku bekerja di pusat massa buku, sedangkan gaya normal berasal dari
permukaan meja. Pada kasus ini yang merupakan gaya aksi reaksi adalah antara W
dengan gaya gravitasi bumi (Fg). Fg bekerja di titik pusat massa bumi.
Sementara W dengan Fg merupakan pasangan gaya aksi dengan gaya reaksi dan
sesuai dengan Hukum III Newton. Jadi sesuai dengan Hukum III Nerwton dapat
dinyatakan bentuk pasangan gaya: buku menarik bumi dan bumi menarik buku.
Interaksi positron (bermuatan listrik positif) dengan electron (bermuatan
listrik negative)juga sesuai dengan Hukum III Newton. Pada peristiwa itu
positron dan electron berinteraksi oleh gaya coulomb. Keduanya bergerak saling
mendekat namun pusat massa kedua partikel itu diam.
3. Teori
Energi
Energi adalah
ukuran dari perubahan yang diberikan pada suatu sistem. Energi dapat
dipindahkan secara mekanis ke suatu benda ketika suatu gaya melakukan usaha
pada benda tersebut. Jumlah energi yang diberikan pada suatu benda melalui
suatu gaya pada suatu jarak setara dengan usaha yang dilakukan. Lebih lanjut,
ketika suatu benda melakukan usaha, benda tersebut melepaskan energi sebesar
usaha yang dilakukan. Karena perubahan dapat dipengaruhi oleh banyak cara yang
berbeda, terdapat banyak variasi bentuk dan energi. Semua energi, termasuk
usaha, memiliki satuan yang sama, yaitu joule. Energi adalah besaran skalar.
Benda yang dapat melakukan usaha memiliki energi. Energi bersifat penting
karena dua hal. Pertama, energi merupakan besaran yang kekal. Kedua, energi
merupakan konsep yang tidak hanya berguna dalam mempelajari gerak, tetapi juga
pada semua bidang fisika dan ilmu lainnya.
a. Energi
potensial atau diam
Energi potensial adalah energi yang
dimiliki suatu benda akibat adanya pengaruh tempat atau kedudukan dari benda
tersebut. Energi potensial disebut juga dengan energi diam karena benda yang
dalam keaadaan diam dapat memiliki energi. Jika benda tersebut bergerak, maka
benda itu mengalami perubahan energi potensial menjadi energi gerak. Contoh
misalnya seperti buah kelapa yang siap jatuh dari pohonnya, cicak di plafon
rumah, dan lain sebagainya. Contoh lain adalah pegas yang ditekan atau
diregangkan. Energi potensial pada tiga contoh ini disebut energi potensial
elastik. Energi kimia pada makanan yang kita makan atau energi kimia pada bahan
bakar juga termasuk energi potensial. Ketika makanan di makan atau bahan bakar
mengalami pembakaran, baru energi kimia yang terdapat pada makanan atau bahan
bakar tersebut dapat dimanfaatkan. Energi magnet juga termasuk energi
potensial. Ketika kita memegang sesuatu yang terbuat dari besi di dekat magnet,
pada benda tersebut sebenarnya bekerja energi potensial magnet. Ketika kita
melepaskan benda yang kita pegang (paku, misalnya), dalam waktu singkat paku
tersebut bergerak menuju magnet dan menempel pada magnet. Perlu dipahami bahwa
paku memiliki energi potensial magnet ketika berada jarak tertentu dari magnet;
ketika menempel pada magnet, energi potensial bernilai nol.
b. Energi
Potensial Gravitasi
Contoh yang paling umum dari energi
potensial adalah energi potensial gravitasi. Buah mangga yang lezat dan
ranum memiliki energi potensial gravitasi ketika sedang menggelayut pada
tangkainya. Demikian juga ketika anda berada pada ketinggian tertentu dari
permukaan tanah (misalnya di atap rumah atau di dalam pesawat). Energi potensial
gravitasi dimiliki benda karena posisi relatifnya terhadap bumi. Setiap benda
yang memiliki energi potensial gravitasi dapat melakukan kerja apabila benda
tersebut bergerak menuju permukaan bumi (misalnya buah mangga jatuh dari
pohon). Untuk memudahkan pemahamanmu, lakukan percobaan sederhana berikut ini.
Pancangkan sebuah paku di tanah. Angkatlah sebuah batu yang ukurannya agak besar dan jatuhkan batu tegak lurus pada paku tersebut. Amati bahwa paku tersebut terpancang semakin dalam akibat usaha alias kerja yang dilakukan oleh batu yang anda jatuhkan.
Pancangkan sebuah paku di tanah. Angkatlah sebuah batu yang ukurannya agak besar dan jatuhkan batu tegak lurus pada paku tersebut. Amati bahwa paku tersebut terpancang semakin dalam akibat usaha alias kerja yang dilakukan oleh batu yang anda jatuhkan.
Sekarang mari kita tentukan besar
energi potensial gravitasi sebuah benda di dekat permukaan bumi. Misalnya kita
mengangkat sebuah batu bermassa m. gaya angkat yang kita berikan pada
batu paling tidak sama dengan gaya berat yang bekerja pada batu tersebut, yakni
mg (massa kali percepatan gravitasi). Untuk mengangkat batu dari
permukaan tanah hingga mencapai ketinggian h, maka kita harus melakukan
usaha yang besarnya sama dengan hasil kali gaya berat batu (W = mg) dengan
ketinggian h. Ingat ya, arah gaya angkat kita sejajar dengan arah
perpindahan batu, yakni ke atas… FA = gaya angkat.
A.
2-
1)
(1)
Tanda
negatif menunjukkan bahwa arah percepatan gravitasi menuju ke bawah.
Dengan demikian, energi potensial
gravitasi sebuah benda merupakan hasil kali gaya berat benda (mg) dan
ketinggiannya (h). h = h2
– h1
(2)
Berdasarkan persamaan EP di atas, tampak bahwa makin tinggi (h) benda di atas permukaan tanah, makin
besar EP yang dimiliki benda
tersebut. Dimana, EP gravitasi
bergantung pada jarak vertikal alias ketinggian benda di atas titik acuan
tertentu. Biasanya kita tetapkan tanah sebagai titik acuan jika benda mulai
bergerak dari permukaan tanah atau gerakan benda menuju permukaan tanah.
Apabila kita memegang sebuah buku pada ketinggian tertentu di atas meja, kita
bisa memilih meja sebagai titik acuan atau kita juga bisa menentukan permukaan
lantai sebagai titik acuan. Jika kita tetapkan permukaan meja sebagai titik
acuan maka h alias ketinggian buku
kita ukur dari permukaan meja. Apabila kita tetapkan tanah sebagai titik acuan
maka ketinggian buku (h) kita ukur
dari permukaan lantai.
Contoh soal 1 :
Buah
mangga yang ranum dan mengundang selera menggelayut pada tangkai pohon mangga
dengan ketinggian 10 meter dari permukaan tanah. Jika massa buah mangga
tersebut 0,2 kg, berapakah energi potensialnya ? (g =10 m/s2).
Jawab:
Diketahui:
m = 0,2 kg
h=
10 m
g
= 10 m/s2
Ditanyakan
EP…..?
Penye:
EP = 0,2 kg . 10 m/s2 . 10 m
EP
= 20 kg m2/s2
= 20 N.m
= 20 joule
Contoh
soal 2 :
Seorang
buruh pelabuhan yang tingginya 1,50 meter mengangkat sekarung beras yang
bermassa 50 kg dari permukaan tanah dan memberikan kepada seorang temannya yang
berdiri di atas kapal. Jika orang tersebut tersebut berada 0,5 meter tepat di
atas kepala buruh pelabuhan, hitunglah energi potensial karung berisi beras
relatif terhadap :
a)
permukaan tanah
b)
kepala buruh pelabuhan
jawab:
a).
EP karung berisi beras relatif terhadap permukaan tanah
Ketinggian
total karung beras dari permukaan tanah
1,5 m + 0,5 m = 2 meter
Dengan
demikian,
=
2)
Joule
b).
EP karung berisi beras relatif terhadap kepala buruh pelabuhan Kedudukan karung
beras diukur dari kepala buruh pelabuhan adalah 0,5 meter.
=
2)
Joule
c. Energi
Kinetik
Setiap benda yang bergerak memiliki
energi. Ketapel yang ditarik lalu dilepaskan sehingga batu yang berada di dalam
ketapel meluncur dengan kecepatan tertentu. Batu yang bergerak tersebut
memiliki energi. Jika diarahkan pada ayam tetangga maka kemungkinan besar ayam
tersebut lemas tak berdaya akibat dihajar batu. Pada contoh ini batu melakukan
kerja pada ayam. Kendaraan beroda yang bergerak dengan laju tertentu di jalan
raya juga memiliki energi kinetik. Ketika dua buah kendaraan yang sedang
bergerak saling bertabrakan, maka bisa dipastikan kendaraan akan digiring ke
bengkel untuk diperbaiki. Kerusakan akibat tabrakan terjadi karena kedua mobil
yang pada mulanya bergerak melakukan usaha / kerja satu terhadap lainnya.
Ketika tukang bangunan memukul paku menggunakan martil, martil yang digerakan
tukang bangunan melakukan kerja pada paku.
Setiap benda yang bergerak
memberikan gaya pada benda lain dan memindahkannya sejauh jarak tertentu. Benda
yang bergerak memiliki kemampuan untuk melakukan kerja, karenanya dapat
dikatakan memiliki energi.
Energi pada benda yang bergerak
disebut energi kinetik. Kata kinetik berasal dari bahasa yunani, kinetikos,
yang artinya “gerak”. ketika benda bergerak, benda pasti memiliki kecepatan.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa energi kinetik merupakan energi
yang dimiliki benda karena gerakannya atau kecepatannya.
4. Pengaruh
Gaya gesekan Terhadap Gerak partikel Dalam Bidang
Pernahkah anda jatuh
terpeleset karena menginjak sesuatu yang licin? Kita bisa terpeleset ketika
menginjakkan kaki pada sesuatu yang licin karena tidak ada gaya gesek yang
bekerja. Tanpa gaya gesek, kita tidak akan bisa berjalan, roda sepeda motor
atau mobil juga tidak akan bisa berputar. Demikian juga berita di televisi dan
surat kabar yang mengatakan bahwa pesawat terbang tergelincir merupakan salah
satu bukti. Kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari bantuan gaya
gesekan, walaupun terkadang kita tidak menyadarinya. Dalam pembahasan mengenai
hukum Newton, kita akan selalu behubungan dengan gaya gesekan.
Gaya gesekan antar permukaan zat padat merupakan
gaya sentuh, yang muncul jika permukaan dua zat padat bersentuhan secara fisik,
dengan arah gaya gesekan sejajar dengan permukaan bidang sentuh dan berlawanan
dengan kecenderungan arah gerak relative benda satu terhadap benda lainnya.
Gaya gesekan adalah suatu gaya penting yang menyumbang pada kondisi
keseimbangan benda.
Gaya gesekan statis cenderung
untuk mempertahankan keadaan diam benda ketika sebuah gaya dikerjakan pada
benda yang diam. Gaya gesekan kinetis (atau dinamis) cenderung untuk
mempertahankan keadaan gerak dari benda yang sedang bergerak. Gaya gesekan
statis membesar mulai dari nol sampai suatu harga maksimum, disebut gaya gesekan
statis maksimum (diberi lambang fs, maks).
Simpulan dari percobaan mendorong
sebuah buku dengan memperbesar gaya dorong secara bertahap mulai dari nol
sampai buku bergerak, adalah sebagai berikut.
dengan tetapan tanpa dimensi µs
disebut koefisien gesekan statis dan N adalah
besar gaya normal. Tanda kesamaan ”=” digunakan ketika buku tepat akan
bergerak, yaitu ketika
tanda ketaksamaan ”<” dipakai
untuk gaya dorong yang diberikan lebih kecil daripada nilai ini.
b) Besar gaya gesekan kinetis yang
bekerja pada suatu benda adalah tetap dan diberikan oleh
Dengan µk adalah
koefisien gesekan kinetis.
Koefisien gesekan statis dan
kinetis dapat ditentukan dengan teknik bidang horizontal atau bidang miring.
Gaya gesek statis dan gaya gesek
kinetik memiliki berbagai perbedaan. Bila melihat gaya yang digunakan ketika
kita menarik benda dapat digrafikkan sebagai berikut : Berdasarkan grafik
tersebut terlihat sebelum benda bergerak benda akan mengalami gaya gesek statis
hingga bernilai maksimum hingga tepat akan bergerak. Ketika benda mulai
bergerak, benda mengalami gaya gesek statis.
Gaya
gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan
benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan.
Benda-benda yang dimaksud disini tidak harus berbentuk padat, tetapi dapat pula
berbentuk cair, atau pun gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat misalnya
adalah gaya gesek statis dan kinetis, sedangkan gaya antara benda padat,
cairan, dan gas adalah gaya Stokes.
”Gaya
gesek pada benda mempunyai arah yang selalu berlawanan dengan kecenderungan
arah gerak benda” Gesekan biasanya terjadi di antara dua permukaan benda yang
bersentuhan, baik terhadap udara, air atau benda padat. Ketika sebuah benda
bergerak di udara, permukaan benda tersebut akan bersentuhan dengan udara
sehingga terjadi gesekan antara benda tersebut dengan udara, demikian juga
ketika bergerak di dalam air. Gaya gesekan juga selalu terjadi antara permukaan
benda padat yang bersentuhan, sekali pun benda tersebut sangat licin. Permukaan
benda yang sangat licin pun sebenarnya sangat kasar dalam skala mikroskopis.
Ketika kita mencoba menggerakkan sebuah benda, tonjolan-tonjolan miskroskopis
ini mengganggu gerak tersebut. Sebagai tambahan, pada tingkat atom (ingat bahwa
semua materi tersusun dari atom-atom), sebuah tonjolan pada permukaan
menyebabkan atom-atom sangat dekat dengan permukaan lainnya, sehingga gaya-gaya
listrik di antara atom dapat membentuk ikatan kimia, sebagai penyatu kecil di
antara dua permukaan benda yang bergerak. Ketika sebuah benda bergerak,
misalnya ketika kita mendorong sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku
tersebut mengalami hambatan dan akhirnya berhenti, karena terjadi gesekan antara
permukaan bawah buku dengan permukaan meja serta gesekan antara permukaan buku
dengan udara, dimana dalam skala miskropis, hal ini terjadi akibat pembentukan
dan pelepasan ikatan tersebut.Jika permukaan suatu benda bergeseran dengan
permukaan benda lain, masing-masing benda tersebut melakukan gaya gesekan
antara satu dengan yang lain.
Gaya
gesekan pada benda yang bergerak selalu berlawanan arah dengan arah gerakan
benda tersebut. Selain menghambat gerak benda, gesekan dapat menimbulkan aus
dan kerusakan. Hal ini dapat kita amati pada mesin kendaraan. Misalnya ketika
kita memberikan minyak pelumas pada mesin sepeda motor, sebenarnya kita ingin
mengurangi gaya gesekan yang terjadi di dalam mesin. Jika tidak diberi minyak
pelumas maka mesin kendaraan kita cepat rusak. Contoh ini merupakan salah satu
kerugian yang disebabkan oleh gaya gesek. Kita dapat berjalan karena terdapat
gaya gesek antara permukaan sandal atau sepatu dengan permukaan tanah. Jika
anda tidak biasa menggunakan alas kaki gaya gesek tersebut bekerja antara
permukaan bawah kaki dengan permukaan tanah atau lantai. Alas sepatu atau
sandal biasanya kasar/bergerigi atau tidak licin. Para pembuat sepatu dan
sandal membuatnya demikian karena mereka sudah mengetahui konsep gaya gesekan.
Demikian juga alas sepatu bola yang dipakai oleh pemain sepak bola, yang
terdiri dari tonjolan-tonjolan kecil. Apabila alas sepatu atau sandal sangat
licin, maka anda akan terpeleset ketika berjalan di atas lantai yang licin atau
gaya gesek yang bekerja sangat kecil sehingga akan mempersulit gerakan anda.
Ini merupakan contoh gaya gesek yang menguntungkan. Ketika sebuah benda
berguling di atas suatu permukaan (misalnya roda kendaraan yang berputar atau
bola yang berguling di tanah), gaya gesekan tetap ada walaupun lebih kecil
dibandingkan dengan ketika benda tersebut meluncur di atas permukaan benda
lain. Gaya gesekan yang bekerja pada benda yang berguling di atas permukaan
benda lainnya dikenal dengan gaya gesekan rotasi. Sedangkan gaya gesekan yang
bekerja pada permukaan benda yang meluncur di atas permukaan benda lain
(misalnya buku yang didorong di atas permukaan meja) disebut sebagai gaya gesekan translasi. Gaya translasi, yaitu gaya
gesekan yang bekerja pada benda padat yang meluncur di atas benda padat
lainnya.
Besarnya
gaya gesek yang bekerja pada sebuah benda bergantung pada:
a. Gaya
normal (N)
Gaya
normal adalah gaya reaksi yang muncul ketika dua benda bersentuhan dan arah
selalu tegak lurus bidang sentuh. Gaya normal dapat berasal dari berat benda
sendiri ditambah pengaruh gaya luar.
b. Koefisien
gesekan (μ)
Koefisien
gesekan suatu bidang bergantung pada halus atau kasarnya permukaan benda
tersebut. Hubungan gaya gesek dan koefisien gesekan dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut:
Gaya gesek satuannya newton,
sedangkan koefisien gesekan tidak bersatuan harganya antara 0 dan1 (0 ≤ μ ≤1).
μ = 0 untuk bidang licin
sempurna
μ = 1 untuk bidang yang sangat kasar
1) Asal gaya gesek
Gaya gesek merupakan akumulasi interaksi mikro antar
kedua permukaan yang saling bersentuhan. Gaya-gaya yang bekerja antara lain
adalah gaya elektrostatik pada masing-masing permukaan. Permukaan yang halus
akan menyebabkan gaya gesek (tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil
nilainya dibandingkan dengan permukaan yang kasar, akan tetapi dewasa ini tidak
lagi demikian. Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada permukaan benda dapat
menyebabkan gesekan menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat
membasahinya (efek lotus).
2) Jenis-jenis gaya gesek
Terdapat
dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling bergerak lurus,
yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
a) Gaya gesek statis
Gaya
gesek statis bekerja pada benda diam hingga tepat akan bergerak sehingga
besarnya berubah hingga mencapai nilai maksimum yang diperlukan untuk
menggerakkan benda. Gaya gesekan yang bekerja pada dua permukaan benda yang
bersentuhan, ketika benda tersebut belum bergerak disebut gaya gesek statik (fs).
Gaya gesek statis yang maksimum sama dengan gaya terkecil yang dibutuhkan agar
benda mulai bergerak. Ketika benda telah bergerak, gaya gesekan antara dua
permukaan biasanya berkurang sehingga diperlukan gaya yang lebih kecil agar
benda bergerak dengan laju tetap. Ketika benda telah bergerak, gaya gesekan
masih bekerja pada permukaan benda yang bersentuhan tersebut.
Gaya
gesekan statis maksimum antara dua permukaan kering tanpa pelumas memenuhi
hukum empiris berikut:
“gaya tersebut dapat dikatakan tidak
bergantung kepada luas daerah kontak, dalam batas yang cukup lebar dan besarnya
sebanding dengan norma”.
“ Gaya normal kadang-kadang
disebut juga gaya pembeban (loading force) adalah gaya yang dilakukan oleh
benda yang satu pada benda lainnya dalam arah tegak lurus kepada bidang
antarmuka keduanya”.
Perbandingan antara
besar gaya gesekan statik maksimum dan besar gaya normal disebut koefisien
gesekan statik, yang diberi lambang µs.
Jika fs menyatakan besar gaya gesek
statik, maka secara matematis dapat dirumuskan:
µs adalah koefisien gesekan
statik dan N adalah gaya normal. Tanda (≤) bisa diganti dengan tanda (=)
apabila fs mencapai harga maksimum.
Gaya
gesek kinetis merupakan gaya gesek yang bekerja pada benda yang bergerak. Gaya
gesekan yang bekerja pada dua permukaan benda yang bersentuhan ketika benda
tersebut bergerak disebut gaya gesek
kinetik (fk) (kinetik berasal dari bahasa Yunani yang berarti “bergerak”).
Ketika sebuah benda bergerak pada permukaan benda lain, gaya gesekan bekerja
berlawanan arah terhadap kecepatan benda.
Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa pada permukaan benda yang kering tanpa pelumas,
besar gaya gesekan sebanding dengan Gaya Normal. Gaya gesekan kinetik antara 2
permukaan kering tanpa pelumas memenuhi juga hukum yang sama seperti untuk
gesekan statik, yaitu:
“Gaya
ini dapat dikatakan tidak bergantung kepada luas permukaan kontak, dalam batas
yang cukup lebar “Besarnya sebanding dengan gaya normal”. Perbandingan antara
besar gaya kinetik dan gaya normal disebut koefisien
gesekan kinetik, yang diberi lambing µk.
Jika fk menyatakan besar gaya
gesekan kinetik, maka secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
µs
maupun µk adalah konstanta tak berdimensi, kedua-duanya merupakan perbandingan
besar dua buah gaya.Biasanya, untuk pasangan permukaan tertentu, μs > µk.
Berdasarkan perbedaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa gaya gesek statis bekerja pada benda diam hingga tepat akan
bergerak sehingga besarnya gaya berubah hingga mencapai nilai maksimum yang
diperlukan untuk menggerakkan benda. Jadi jika dirumuskan menjadi fs ≤ µs.N. Berbeda dengan gaya gesek
statis, gaya gesek kinetis merupakan gaya gesek yang bekerja pada benda yang
bergerak dengan besar gaya yang relatif konstan, bila dirumuskan menjadi fk = µk.N. Tanda persamaan pada kedua
gaya gesek tersebut memiliki arti fisis yang harus diperhatikan. Pada gaya
gesek kinetis arti tersebut menandakan besar gaya gesek tersebut relatif
konstan dan pada gaya gesek statis besar gaya akan terus berubah hingga benda
tepat akan bergerak atau bernilai maksimum.
Gaya
gesekan yaitu gaya sentuh yang muncul jika permukaan dua zat padat bersentuhan
secara fisik, dimana arah gaya gesekan sejajar dengan permukaan bidang dan
selalu berlawanan dengan arah gerak relatif antara ke dua benda tersebut. Ada
dua jenis gaya gesekan yang bekerja pada benda, yaitu:
a) Gaya
Gesekan Statis ( fs )
Gaya
gesekan statis bekerja saat benda dalam keadaan diam dan nilainya mulai dari
nol sampai suatu harga maksimum. Jika gaya tarik/dorong yang bekerja pada suatu
benda lebih kecil dari gaya gesekan statis maksimum, maka benda masih dalam
keadaan diam dan gaya gesekan yang bekerja pada benda mempunyai besar yang sama
dengan nilai gaya tarik/dorong pada benda tersebut. Besarnya gaya gesekan
statis maksimum adalah :
s
s
dimana µs adalah koefisien gesekan statis dan N adalah gaya Normal.
Besarnya
gaya Normal (N) tergantung besarnya gaya tekan benda terhadap bidang secara
tegak lurus.
b) Gaya
gesekan Kinetik
Gaya gesekan kinetis yaitu gaya gesekan yang bekerja
pada benda ketika benda sudah bergerak. Nilai gaya gesekan kinetis selalu
tetap, dan dirumuskan dengan:
k
k
dimana µk adalah koefisien gesekan kinetis benda
antara koefisien gesekan statis dan kinetis mempunyai nilai yang berbeda, nilai
koefisien gesekan statis selalu lebih besar daripada nilai koefisien gesekan
kinetis benda.
Untuk sebuah benda diam yang
terletak diatas sebuah bidang datar kasar dan diberi gaya F, maka :
Contoh
soal:
1) Balok massanya 10 kg berada di atas
lantai kasar kemudian ditarik oleh gaya F arah mendatar. Jika koefisien gesekan
statis μs = 0,5 dan koefisien gesekan kinetik µk = 0,3. Tentukan besarnya gaya
gesek pada saat balok tepat akan bergerak.(g = 10 m/s2).
Pembahasan:
Balok
tepat akan bergerak jika besar gaya tarik = besar gaya gesek statis maksimum.
Gaya gesek statis bekerja pada benda (menghambat benda) ketika benda sudah
sedang ditarik tetapi benda belum bergerak. Gaya gesek statis bernilai maksimum
ketika benda tetap akan bergerak (benda belum bergerak, benda hampir bergerak).
Sebaliknya gaya gerek kinetis bekerja pada benda (menghambat gerakan benda)
ketika benda sudah sedang bergerak.
Diketahui:
Massa
balok (m) = 10 kg
Percepatan
gravitasi (g) = 10 m/s
Koefisien
gesek statis (μs) = 0,5
Koefisien
gesek statis (μk) = 0,3
Berat
balok (w) = m.g = (10)(10)= 100 N
Ditanya: (fs)……..?
Jawab :
Jika benda berada pada bidang datar seperti pada gambar, besar gaya
normal =berat benda. Gaya normal (N) = gaya berat (w) = 100 Newton
Rumus gaya gesek statis maksimum
2)
Balok
A bermassa 2 kg B bermassa 4 kg disusun seperti gambar. Bila koefisien gesekan
lantai adalah 3 kali koefisien gesekan gesekan balok B, balok A tepat akan
bergerak dengan percepatan 5 m/s-2. Maka perbandingan gaya gesekan
antara balok A dan lantai dengan balok A dan B adalah (g = 10 m/s2)
Pembahasan
Diketahui:
mA = 2 kg
mB = 4 kg
g = 10 m/s2
wA = (2)(10) = 20 Newton
wB = (4)(10) = 40 Newton
μs A = 3 μs B (μs
B = 1 dan μs A = 3)
a = 5 m/s2
ditanyakan:
perbandingan gaya gesek balok A dan lantai (fs A)
dengan gaya gesek balok A dan B (fs B )
jawab:
fs A =
(μs)(N)
N = wA +
wB = 20 + 40 = 60 Newton
fs A =
(3)(60) = 180 Newton
fs B = (μs
B)(N)
N= wB =
40 Newton
fs B = (1) (40) = 40 Newton
perbandingan antara fs B adalah :
fs A : fs B
180: 40
9: 2
5. Gaya
Konservatif dan Hukum Kekekalan Energi
Gaya-gaya
konservatif adalah gaya-gaya seperti gravitasi, dimana kerja yang dilakukan
tidak bergantung pada lintasan tetapi hanya pada posisi awal dan akhir. Gaya
elastik dari sebuah pegas (atau bahan elastis lainnya) juga merupakan gaya
konservatif, dimana:
(dalam Frederick, 2006).
Dalam
kaitannya dengan peran gaya sebagai pelaku usaha, dari beragam gaya itu
terdapat sebagian gaya yang mempunyai sifat khas. Gaya itu adalah gaya fungsi posisi, yang bila melakukan usaha
maka usaha itu tidak bergantung pada lintasan yang ditempuhnya, tetapi hanya
bergantung pada posisi awal dan akhir saja. Gaya itu disebut gaya konservatif. Artinya, bila
gaya konservatif mendorong benda sehingga
berpindah dr pada lintasan tertutup,
maka usaha (W) yang dikerjakan
adalah nol, atau W = ∮
= 0.
Kekonservatifan
sebuah gaya dapat dicek dengan membandingkan nilai usaha oleh minimal 2
lintasan berbeda. Misalnya W1 adalah
usaha oleh sebuah gaya pada lintasan 1, dan W2
pada lintasan 2 Jika W1 = W2 maka
merupakan gaya konservatif gaya. Contoh
dari gaya konservatif adalah gaya gravitasi antarmassa, gaya coulomb dan
pembalik pada pegas. Sebaliknya, bila W1
tidak senilai dengan W2 maka
disebut gaya nonkonservatif. Artinya, usaha yang dilakukan untuk
memindahkan benda bergantung pada lintasan yang ditempuhnya. Contoh dari gaya
nonkonservatif adalah gaya gesekan, gaya dorongan atau tarikan, dan gaya
tegangan tali.
Contoh
soal:
1) Misalnya kita melemparkan sebuah benda
tegak lurus ke atas. Setelah bergerak ke atas mencapai ketinggian maksimum,
benda akan jatuh tegak lurus ke tanah (tangan
kita). Ketika dilemparkan ke atas, benda tersebut bergerak dengan
kecepatan tertentu sehingga ia memiliki energi kinetik (EK = ½ mv2).
Selama bergerak di udara, terjadi perubahan energi kinetik menjadi energi
potensial. Semakin ke atas, kecepatan bola makin kecil, sedangkan jarak benda
dari tanah makin besar sehingga EK benda menjadi kecil dan EP-nya bertambah
besar.
2) Ketika mencapai titik tertinggi, kecepatan
benda = 0, sehingga EK juga bernilai nol. EK benda seluruhnya berubah menjadi
EP, karena ketika benda mencapai ketinggian maksimum, jarak vertikal benda
bernilai maksimum (EP = mgh). Karena pengaruh gravitasi, benda tersebut
bergerak kembali ke bawah. Sepanjang lintasan terjadi perubahan EP menjadi EK.
Semakin ke bawah, EP semakin berkurang, sedangkan EK semakin bertambah. EP
berkurang karena ketika jatuh, ketinggian alias jarak vertikal makin kecil. EK
bertambah karena ketika bergerak ke bawah, kecepatan benda makin besar akibat
adanya percepatan gravitasi yang bernilai tetap. Kecepatan benda bertambah
secara teratur akibat adanya percepatan gravitasi. Benda kehilangan EK selama
bergerak ke atas, tetapi EK diperoleh kembali ketika bergerak ke bawah. Energi
kinetik diartikan sebagai kemampuan melakukan usaha. Karena Energi kinetik
benda tetap maka kita dapat mengatakan bahwa kemampuan benda untuk melakukan
usaha juga bernilai tetap. Gaya gravitasi yang mempengaruhi gerakan benda, baik
ketika benda bergerak ke atas maupun ketika benda bergerak ke bawah dikatakan
bersifat konservatif karena pengaruh gaya
tersebut tidak bergantung pada lintasan yang dilalui benda, tetapi hanya
bergantung pada posisi awal dan akhir benda.
Secara umum, sebuah gaya bersifat konservatif
apabila usaha yang dilakukan oleh gaya pada sebuah benda yang melakukan gerakan
menempuh lintasan tertentu hingga kembali ke posisi awalnya sama dengan nol.
Sebuah gaya bersifat tak-konservatif apabila usaha yang dilakukan oleh gaya tersebut pada sebuah benda yang
melakukan gerakan menempuh lintasan tertentu hingga kembali ke posisi semula
tidak sama dengan nol.
3) sebuah
gaya fungsi posisi berbentuk
,
memindahkan
benda bermassa m dari posisi A
(x,y) = (0,0) ke B (1,1). Perpindahan m
itu menggunakan 3 jenis lintasan berbeda (Gambar 5.5a). ketiga lintasan itu
adalah lintasan 1 (memenuhi persamaan y=x), lintasan 2 (y=x2), dan
lintasan 3 (= lintasan ACB). Ceklah
apakah gaya itu bersifat konservatif? Melalui cara serupa, menggunakan Gambar
5.5b), ceklah apakah
2+j (2yx) juga merupakan
gaya konservatif. Gunakan 2 lintasan berbeda. Lintasan 1, dari A (
lurus ke B
(+
. Lintasan 2, dari A
melewati garis setengah lingkaran
berjejari
yang berpusat di titik (0,0), menuju ke B (+
.+
.
Suatu cara yang lazim untuk memasukkan energi ke dalam suatu
sistem adalah dengan melakukan usaha padanya. Ketika kerja dilakukan pada
sistem, energi dipindahkan ke sistem itu dari suatu sumber atau sistem yang
dapat melakukan usaha itu. Energi yang dimasukkan ke dalam sistem dapat muncul
sebagai pertambahan energi mekanik sistem seperti bila suatu gaya
takkonservatif bekerja pada sebuah partikel tunggal dalam sistem (teorema usaha
energi), atau dapat pula muncul sebagai energi dalam sistem. Energi juga dapat
dialihkan ke dalam atau keluar dari suatu sistem dalam bentuk panas. Sebagai
contoh, suatu bola dempul bermassa m
dilepaskan dari keadaan diam dari ketinggian h di atas lantai. Bola
itu jatuh ke lantai.
Kedua gaya yang bekerja pada bola adalah gaya gravitasi dan gaya
kontak yang dilakukan oleh lantai. Usaha yang dilakukan oleh gravitasi adalah +mgh. Usaha yang dilakukan oleh lantai
nol karena titik tangkap gaya tidak bergerak. Jadi, kerja total yang dilakukan
pada bola adalah mgh. Energi
ditransfer ke bola karena kerja yang dilakukan padanya oleh gravitasi. Energi
ini muncul sebagai energi kinetik bola sebelum bola mengenai lantai dan sebagai
energi termis di dalam bola. Bola menjadi sedikit lebih hangat, dan akhirnya
energi ditransfer ke lingkungan di sekitar bola sebagai panas.
Jika kita meninjau suatu sistem yang terdiri dari bola dan bumi,
tidak ada usaha yang dilakukan pada sistem karena usaha yang dilakukan oleh
gravitasi adalah internal terhadap sistem. Energi potensial awal sistem diubah
menjadi energi panas dalam bola. Perhatikan bahwa kita tidak dapat
memberlakukan bola dempul sebagai partikel dan menggunakan teorema
usaha-energi. Walaupun satu-satunya usaha yang dilakukan adalah oleh gaya
konservatif, energi mekanik total bola tidak kekal.
Pada keadaan tertentu, sebagian dari energi dalam sistem diubah
menjadi energi mekanik tanpa ada kerja yang dilakukan oleh sumber.
Perhatikanlah sebuah mobil yang dimulai dari keadaan diam dan dipercepat
sepanjang jalan mendatar sedemikian rupa sehingga roda-rodanya tidak selip.
Gaya neto yang mempercepat mobil adalah gaya gesekan statik yang dikerjakan oleh
jalan. Gaya ini tidak melakukan usaha. Menurut definisi usaha titik tangkap
gaya harus bergerak menempuh suatu jarak. Karena jalan dan ban selalu dalam
keadaan diam setiap saat, tidak ada energi yang dialihkan ke mobil oleh jalan.
Pertambahan energi kinetik mobil datang dari energi kimia bahan bakar yang
dibakar di dalam mesin mobil. Menurut teorema usaha-energi, energi total mobil
tidak berubah. Energi kinetik mekaniknya bertambah, sehingga energi kimia
internalnya harus berkurang dalam jumlah yang sama. Peristiwa orang berjalan
merupakan contoh serupa. Untuk berjalan maju, kita mendorong lantai dan lantai
mendorong kita ke depan dengan gaya gesekan statik. Gaya ini mempercepat kita
maju, tetapi tidak melakukan usaha. Tidak ada perpindahan titik tangkap gaya
dan tidak ada energi yang dialihkan dari lantai ke badan kita. Energi kinetik
badan kita datang dari konversi energi kimia dalam tubuh yang diperoleh dari
makanan yang kita makan.
Contoh: seorang pria bermassa m berjalan dengan kelajuan konstan yang kecil menaiki anak tangga
sampai ketinggian h. ada dua gaya
yang bekerja pada orang itu, gaya gravitasi yang dilakukan oleh bumi, dan gaya
kontak tangga pada kaki orang itu. Usaha yang dilakukan oleh gravitasi adalah –mgh. Usaha ini negatif karena gaya
berlawanan arah dengan perpindahan. Usaha
yang dilakukan oleh tangga nol karena titik tangkap gaya ini tidak
mengalami perpindahan. Jadi usaha total yang dilakukan pada orang adalah –mgh. Karena usaha kurang dari nol, kita
simpulkan dari hukum kekekalan energi bahwa (dengan mengabaikan kehilangan
energi panas) energi dalam orang berkurang sebesar mgh. (sebenarnya, kehilangan tidak dapat diabaikan dalam masalah
ini.karena tubuh relatif tidak efisien, jumlah energi kimia yang diubah dalam
tubuh orang itu akan jauh lebih besar daripada mgh. Kelebihan energi itu pada gilirannya akan dialihkan dari orang
itu ke lingkungan sebagai panas).
Jika kita memperhatikan suatu sistem yang terdiri dari orang dan
bumi, tidak ada usaha yang dilakukan pada sistem karena kerja yang dilakukan
oleh gravitasi adalah internal terhadap sistem ini. Energi mekanik sistem ini
bertambah karena pertambahan energi potensial mgh. Pertambahan energi potensial berasal dari pengurangan energi
kimiawi internal orang. Sekali lagi kita melihat bahwa kita tidak dapat
memperlakukan orang sebagai partikel. Dalam hal ini energi mekanik total sistem
orang-bumi bertambah walaupun tidak ada usaha yang dilakukan oleh gaya
takkonservatif mana pun yang bekerja pada sistem.
Kerja yang dilakukan untuk melawan gravitasi dalam memindahkan
sebuah benda dari suatu titik ke titik lain tidak bergantung pada lintasan yang
dilalui. Sebagai contoh, di butuhkan kerja sama (= mgh) untuk mengangkat sebuah benda dengan massa m secara vertikel sampai ketinggian
tertentu dengan membawa benda tersebut ke atas bidang miring dengan ketinggian
vertikal yang sama. Gaya-gaya seperti gravitasi, dimana kerja yang dilakukan
tidak bergantung pada lintasan tetapi hanya pada posisi awal dan akhir, disebut
gaya-gaya konservatif. Karena energi
potensial adalah energi yang berhubungan dengan konfigurasi atau posisi benda,
energi potensial hanya dapat masuk akal jika bisa dinyatakan secara unik untuk
titik tertentu. Berarti, energi potensial
hanya dapat didefinisikan untuk gaya konservatif. Dengan demikian, walaupun
energi potensial selalu berhubungan dengan sebuah gaya, tidak semua gaya
mempunyai energi potensial. Sekarang kita dapat memperluas prinsip kerja energi
untuk menyertakan energi potensial. Misalkan
beberapa gaya bekerja pada sebuah benda yang mengalami gerak translasi. Dan
misalkan hanya beberapa dari gaya-gaya ini yang konservatif, dan kita dapat
menuliskan fungsi energi potensial untuk gaya-gaya konservatif ini. Kita
tuliska kerja total (nette) W tot
sebagai jumlah dari kerja yang
dilakukan oleh gaya-gaya konservatif, WC’
dan kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya konservatif, wNC.
tot
c
+
NC’
Kemudian, dari prinsip
kerja-energi. Di dapatkan :
tot
C
+
NC
di mana
2
1
jadi
NC’
C
Kerja yang dilakukan oleh gaya
nonkonservatif dapat dituliskan dalam energi potensial, sebagaimana dari
persamaan di atas gravitasi untuk energi potensial gravitasi :
C
Kita subtitusikan persamaan ini ke dalam
persamaan terakhir di atas :
NC’
+
(dalam
Giancoli : 187)
Dengan demikian, kerja WNC yang
dilakukan oleh gaya-gaya nonkonservatif yang bekerja pada sebuah benda sama
dengan perubahan total energi kinetik dan potensial.
Harus di tekankan bahwa semua gaya yang
bekerja pada sebuah benda harus dimasukkan dalam persamaan di atas, apakah
dinyatakan dalam energi potensial di sisi kanan (jika merupakan gaya
konservatif ), atau dalam kerja, WNC’
di sisi kiri (tetapi tidak
pada kedua sisi).
Jika hanya gaya-gaya konservatif yang
bekerja pada sebuah system, kita sampai pada hubungan yang sangat sederhana dan
indah yang melibatkan energi.
Jika tidak ada gaya-gaya yang
nonkonservatif, maka WNC = 0
pada persamaan di atas dalam prinsip umum kerja energi. Sehingga kita dapatkan:
+
(hanya gaya-gaya konservatif)
atau
2
1) +
2
1
(hanya gaya-gaya konservatif)
Sekarang kita definisikan suatu besaran
E, yang disebut energi mekanik total dari sistem, sebagi jumlah energi
kinetik dan potensial pada setiap saat
+
Sekarang
kita dapat menuliskan kembali persamaan berikut :
2
+
2
+
1
1 (hanya
gaya-gaya konservatif)
Atau
2
1 = konstan (hanya
gaya-gaya konservatif)
Persamaan di atas menyatakan prinsip yang
berguna dan penting mengenai energi mekanik total yaitu, bahwa energi tersebut
merupakan besaran yang kekal. Energi mekanik total E tetap konstan
selama tidak ada gaya nonkonservatif yang bekerja: (EK + EP) pada titik 1 sama dengan (EK + EP) pada titik 2 berikutnya. Dengan perkataan lain, pada
persamaan sebelumnya yang menyatakan ΔEP
= -ΔEK dengan demikian, jika energi
kinetik EK bertambah,
maka enrgi potensial EP harus berkurang dengan bersama untuk
mengimbanginya. Dengan demikian, total EK
+ EP , tetap konstan. Ini di sebut prinsip kekekalan energi mekanik untuk gaya - gaya konservatif.
“Jika hanya gaya-gaya konservatif yang
bekerja, energi mekanik total dari sebuah sistem tidak bertambah maupun
berkurang pada proses apapun. Energi tersebut tetap konstan kekal”.
Sekarang kita bisa melihat alasan untuk
istilah “gaya konservatif” karena untuk gaya-gaya semacam itu, energi mekanik adalah kekal.
Kekekalan energi, dalam dunia makroskopik
gaya-gaya nonkonservatif hampir selalu ada, yang paling sering adalah gaya
gesekan. Jenis lain gaya nonkonservatif adalah gaya yang terlibat dalam
perubahan bentuk benda. Sebagai contoh, jika diregangkan melampaui batas
elastiknya, sebuah pegas akan berubah bentuk secara tetap, dan kerja yang
dilakukan untuk mengubah bentuk pegas dilepaskan. Sebagian kerja yang dilakukan
untuk mengubah bentuk pegas dididipasi menjadi energi panas, sehingga pegas
menjadi lebih hangat. Karena energi mekanik seringkali tidak kekal, pentingnya
energi tidak disadari sampai abad ke sembilan belas, ketika ditemukan bahwa
hilangnya energi mekanik makroskopik diikuti oleh munculnya energi panas, yang
biasanya ditandai dengan kenaikan suhu. Sekarang kita mengetahui bahwa dalam
skala makroskopik, energi termis ini terdiri dari energi kinetik dan energi
potensial molekul-molekul di dalam sistem. Energi suatu sistem juga dapat
bertambah lewat absorpsi energi pancaran.
Sebagai contoh, bumi menyerap energi
pancaran dari matahari. Namun, bertambah
atau berkurangnya energi sistem selalu dapat dijelaskan sebagai akibat
munculnya atau hilangnya suatu jenis energi disuatu tempat lain. Hasil
eksperimen ini dikenal sebagai hukum
kekekalan energi. Hukum ini merupakan salah satu hukum yang paling penting
dalam semua bidang ilmu. Misalkan Esis
adalah energi total suatu
sistem tertentu, Ein
adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem, dan Eout adalah yang meninggalkan sistem. Hukum kekekalan
energi menyatakan:
in
–
out =
sis
(dalam Tipler : 192).
DAFTAR PUSTAKA
Buece,
J. Frederick. 2006. Fisika Universitas.
Edisi Kesepuluh.
Jakarta : Erlangga.
Giancoli.2001.
Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Paul,
Tipler. 1991. Fisika untuk sains dan Teknik Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Priyabodo,
Tri Kuntoro, dkk. 2009. Fisika Dasar Untuk Mahasiswa Ilmu Komputer dan
Informatika. Yogyakarta : ANDI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar