STRATEGI BIMBINGAN KONSELING TEHADAP PENINGKATAN KECAKAPAN SOSIAL PADA SISWA SMPN 1 RUMBIA KABUPATEN JENEPONTO
Disusun
Guna Memenuhi Tugas MID Mata Kuliah
Bimbingan dan Konseling
Dosen : Ilham Hamid, S.ag, M.pd
Oleh
:
MINARTI
20600112099
JURUSAN
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2014
A.
Judul
Strategi
Bimbingan Konseling terhadap Peningkatan Kecakapan Sosial pada Siswa Kelas VIII
SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto.
B.
Latar
Belakang Masalah
Di dalam pendidikan formal terdapat
suatu program yang bertugas membantu secara profesional dalam menangani
berbagai masalah yang dihadapi oleh para siswa.Program tersebut adalah
bimbingan dan konseling. Program bimbingan merupakan salah satu
program yang secara intensif telah dilaksanakan di sekolah, bahkan di tegaskan
,bahwa bimbingan merupakan bagian yang integral dari pendidikan. Bimbingan dan
konseling merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan system pendidikan
khususnya di sekolah, guru sebagai salah satu pendukung unsur pelaksana
pendidikan yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan
bimbingan pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai
terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah.
Seseorang
yang telah memasuki kelas VIII SMPN rata-rata baru menginjak usia 13 tahun dan
usia tersebut merupakan usia pubertas bagi seseorang. Di dalam masa
pubertasnya, seseorang sering kali mengalami antagonisme sosial. Seperti yang
dikatakan oleh Hurlock (1980:192) bahwa “anak puber sering kali tidak mau
bekerja sama, sering membantah dan menentang”. Pada umumnya siswa hanya
berinteraksi dengan orang terdekatnya, tetapi dengan layanan bimbingan kelompok
siswa dapat berinteraksi dengan sesama anak yang lain dan anak juga dapat
berinteraksi dengan orang lain diluar kelompoknya. Misalnya bermain dengan
teman sebaya yang berada di lingkungan rumah. Interaksi dengan sesama anak ini
mempunyai peranan tersendiri, karena sesama anak memiliki banyak persamaan.
Pemilihan
layanan bimbingan kelompok berguna untuk menumbuhkan kembali interaksi sosial
pada siswa-siswi kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto. Layanan
bimbingan dan konseling merupakan suatu layanan yang diberikan oleh konselor
pada siswa-siswi (konseli) dalam bentuk dinamika kelompok. Dalam bimbingan
kelompok terdapat interaksi sosial yang intensif dan dinamis selama
berlangsungnya layanan dan interaksi sosial yang terjadi di antara
anggota-anggota dalam bimbingan kelompok merupakan suatu yang khas, dimana hal
tersebut tidak terjadi dalam layanan secara perorangan.“Interaksi sosial
merupakan suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu
yang lain atau sebaliknya” (Bonner dalam Ahmadi, 1999:54).
Pemilihan
layanan bimbingan kelompok untuk dijadikan sebagai bahan penelitian ini
dikarenakan layanan ini lebih tepat dan fokus pada kegiatan secara kelompok
yang akan dapat menumbuhkan interaksi sosial pada konseli. Dan dari sekian
banyak layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling seperti layanan
orientasi, layanan penempatan dan penyaluran, dan sebagainya kurang mendukung
dan mungkin tidak ada hubungan dengan interaksi sosial pada diri konseli. Sehingga,
dari paparan di atas peneliti ingin mengetahui lebih dalam lagi apakah ada
pengaruh antara pemberian layanan bimbingan kelompok terhadap peningkatan
kecakapan sosial pada siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto.
C.
Rumusan
Masalah
Sesuai dengan judul
penelitian dan berdasarkan pada latar belakang masalah seperti diuraikan
terdahulu maka, masalah yang akan diteliti, penulis batasi dan dirumuskan
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah strategi Bimbingan
Konseling terhadap peningkatan kecakapan sosial pada Siswa Kelas VIII SMPN 1
Rumbia Kabupaten Jeneponto.
2.
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi
terhadap peningkatan kecakapan sosial pada siswa Kelas VIII SMPN 1 Rumbia
Kabupaten Jeneponto.
D.
Manfaat
Penulisan
1. Manfaat
teoretis: (a) Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan program bimbingan
kelompok; (b) Memberikan bukti empirik terhadap pentingnya layanan bimbingan
konseling untuk meningkatkan kecakapan sosial pada siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia
Kabupaten Jeneponto; dan (c) Hasil penelitian dapat memberikan kajian dan
informasi tentang bimbingan konseling yang efektif untuk meningkatkan kecakapan
sosial pada siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto.
2. Manfaat
praktis: (a) Bagi guru bimbingan dan konseling, dapat menyusun program
bimbingan konseling yang berlandaskan pada kerangka acuan layanan dasar
bimbingan konseling, serta dapat lebih memanfaatkan jam bimbingan konseling di
kelas seefektif mungkin untuk membantu siswa meningkatkan kecakapan sosial pada
siswa; (b) Bagi kepala sekolah, dapat mendukung komponen pelayanan yang
dilakukan di sekolah salah satu diantaranya yaitu dalam dukungan sistem untuk
menunjang pelaksanaan kegiatan layanan serta memahami pentingnya layanan
Bimbingan Konseling dan (c) Bagi peserta didik, dengan mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok siswa akan terdorong untuk dapat meningkatkan kecakapan
sosial dalam berhubungan dengan siswa-siswi lainnya.
E. Definisi Operasional Variabel
1.
Strategi Bimbingan
dan Konseling
a.
Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani ”strategia” yang
diartikan sebagai “ the art of the general” atau seni seorang panglima yang
biasanya digunakan dalam peperangan.
Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan
atau mencapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu
menggunakan dan mengembangkan kekuatan ideologi, politik, ekonomi,
sosial-budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
b.
Bimbingan Konseling
Kata bimbingan berarti "petunjuk (penjelasan) cara
mengerjakan dan sebagainya sesuatu",(Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa (DEPDIKBUD), Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1993 hal.
117). Sedangkan konseling berasal dari kata bahasa Inggris,
"Counseling", yang berarti "pemberian nasehat, perembukan,
penyuluhan".(Jhon M Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia:
2000 hal. 150). Jadi bimbingan konseling merupakan dua buah aktivitas yang
saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan dalam rangka mencapai tujuan yang
dimaksud dalam aktivitas tersebut.
c.
Peningkatan
Menurut seorang ahli bernama Adi S, peningkatan berasal dari
kata tingkat yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian
membentuk susunan. Tingkat juga dapat
berarti pangkat, taraf, dan kelas. Dan peningkatan berarti kemajuan. Secara
umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas
maupun kuantitas. Peningkatan juga berarti penambahan keterampilan dan
kemampuan agar menjadi lebih baik. Dan
peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat,
hubungan, dan sebagainya.
d.
Kecakapan Sosial
Kecakapan sosial (social skill) adalah kemampuan untuk dapat
berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain. Kecakapan sosial disebut juga
keterampilan sosial. Kata keterampilan berasal dari “ terampil” yang terkandung
suatu proses belajar, dari tidak terampil menjadi terampil. Sedangkan kata
sosial bertujuan untuk mengajarkan satu kemampuan berinteraksi dengan orang
lain.
Berdasarkan batasan-batasan pengertian diatas, maka yang
dimaksud dengan tema penelitian, "Strategi Bimbingan Konseling terhadap
Peningkatan Kecakapan Sosial siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto",
adalah seperangkat harapan dari tugas utama bimbingan dan Konseling dalam
meningkatkan kecakapan pada siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto
E.
Landasan
Teori
1. Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang
dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri,
memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang
lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004:
99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,
atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa
bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.
Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94), mengungkapkan
bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih
mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri. “Bimbingan sebagai
bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih,mempersiapkan diri
dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya”
(Frank Parson ,1951).
b. Pengertian Konseling
Menurut Cavanagh, konseling merupakan
Hubungan antara seorang penolong yang terlatih dan seseorang yang mencari
pertolongan, di mana keterampilan si penolong dan situasi yang diciptakan
olehnya menolong orang untuk belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dan
orang lain dengan terobosan terobosan yang semakin bertumbuh.
konseling
merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara
sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar
atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002).
c. Hakekat Bimbingan dan Konseling
Pada dasarnya bimbingan dan konseling
dilakukan dari manusia untuk manusia, dan oleh manusia. Dari manusia artinya
pelayanan itu diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia sesuai
dengan dimensi kemanusiannya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan
tersebut dilaksanakan demi tujuan-tujuan yang agung, mulia, positif bagi
kehidupan manusia menuju manusia seutuhnya, baik sebagai individu maupun
kelompok. Oleh manusia mengandung pengertian bahwa manusia dengan segenap
martabat, derajat serta keunikannya masing-masing. Bimbingan dan konseling
seperti ini melibatkan manusia, baik dari segi totalitas, maupun
potensi-potensi dan kecenderungannya, perkembangannya, dinamika kehidupan dan
permasalahannya, dan interaksi yang dinamiss dari unsur-unsur tersebut.
d. Tujuan Program Bimbingan dan Konseling
1)
Tujuan Umum
Untuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan
predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya),
berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan,
status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
2)
Tujuan Khusus
Tujuan khusus bimbingan dan
konseling merupakan penjabaran umum tersebut yang dikaitkan secara langsung
dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan
kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah inidvidu bermacam-macam ragam
jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh
karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu
bersifat unik pula (Prayitno dan Erman. A (1004:114)
2.
Keterampilan
dan Sosial
1)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keterampilan Sosial
Faktor yang
mempengaruhi keterampilan sosial dalam kehidupan individu, yaitu:
a.
Keluarga
Keluarga
merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Hal
yang paling penting diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang
demokratis di dalam keluarga sehingga anak dapat menjalin komunikasi yang baik
dengan orang tua maupun saudara- saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal
balik antara anak dan orangtua, maka segala konflik yang timbul akan mudah
diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh
otoritas hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berpanjangan sehingga
suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan
sosial antara satu sama lain menjadi rusak.
b.
Lingkungan
siswa
dalam beradaptasi dengan lingkungan masing- Sejak dini anak-anak
harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini
meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga).
Lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder),
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan
maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang
luas, tidak hanya terdiri dari orang tua, saudara, atau keluarga besar saja.
c.
Kemampuan menyesuaikan diri
Kemampuan
menyesuaikan diri adalah kemampuan seorang masing di mana anak
tersebut berinteraksi. Ketika kemampuan menyesuaikan diri kita baik dan besar,
maka keterampilan social pun akan
terdorong dengan baik.
Berdasarkan paparan di atas bahwa
karakteristik keterampilan sosial anak merupakan perilaku sosial yang dimiliki
olah anak secara unik dan berkarakter sesuai dengan diri anak yang dipengaruhi
oleh lingkungan sosial anak.
F. Hipotesis
Menurut
Sugiyono (2009: 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang
merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis penelitian
ini adalah kecakapan sosial pada siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten
Jeneponto dapat ditingkatkan melalui strategi bimbingan konseling.
G.
Metode
Penelitian
Metode
penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, menguji kebenaran dan
mengembangkan suatu pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode
penelitian yakni metode yang digunakan harus disesuaikan dengan objek yang
diteliti dan tujuan penelitian.Sehingga penelitian dapat terarah dan
sistematis. Berdasarkan hal tersebut di atas, hal-hal lain yang harus dibahas
dalam metode penelitian antara lain:
1.
Jenis
Penelitian
Berdasarkan
pendekatan, secara garis besar dibedakan dua macam penelitian, yaitu penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Keduanya memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur
penelitian yang berbeda”(Sukmadinata, 2009:12). Ciri-ciri penelitian
kuantitatif yakni adalah adanya maksimalisasi objektivitas yang menggunakan
angka-angka, pengolahan statistik, struktur dan percobaan terkontrol. Sedangkan
ciri-ciri penelitian kualitiatif yakni adanya deskripsi dan analisa mendalam
mengenai fenomena, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran
orang secara individual ataupun kelompok dan bertujuan untuk menemukan
prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Sesuai dengan
judul penelitian ini yakni Strategi Bimbingan Konseling terhadap Peningkatan
Kecakapan Sosial pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto, maka
jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian eksperimental. Menurut Arikunto (2009:3), “penelitian eksperimen
yaitu suatu cara untuk mencari hubungan
sebab akibat (hubungan kausal) antara 2 faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi/menyisihkan faktor-faktor lain
yang dapat mengganggu”. Ada beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat
digunakan dalam penelitian, yaitu pre-eksperimental
design, true eksperimental design, factorial design, dan quasi experimental design (Sugiyono,
2013:107). Penelitian ini termasuk jenis pre-eksperimental
design dengan menggunakan one group pre-test and post test design. Dikatakan pre-eksperimental design karena dalam penelitian ini terdapat
variabel luar yang berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
2.
Variabel
Penelitian
a) Identifikasi
Variabel
Variabel
adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai(Nazir, 1999:149). Variabel
penelitian adalah pengelompokkan yang logis dari dua atribut atau lebih,
misalnya variabel jenis kelamin (laki-laki dan wanita), variabel jarak angkut
(dekat, sedang, jauh), dan lain sebagainya(Margono, 2005:133). Dalam sebuah
penelitian dikenal dengan dua variabel yaitu variabel independen (bebas) dan
variabel dependen (terikat). Sugiyono (2013:61) variabel indenpenden (bebas)
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel dependen (terikat)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas.Variabel bebas dalam penelitian ini yakni layanan bimbingan
konseling. sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan kecakapan sosial
pada siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia
Kabupaten Jeneponto.
b) Hubungan
Antar Variabel
Hubungan
antara variabel independen “layanan bimbingan konseling kelompok” dengan
variabel dependen “peningkatan interaksi sosial pada siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia
Kabupaten Jeneponto” dapat dilihat pada skema berikut ini:
X -------------> Y
|
Keterangan:
X
: Strategi bimbingan konseling
Y :Peningkatan interaksi sosial pada siswa kelas VIII
SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto.
c) Definisi
Operasional Variabel
Nazir
(1999:152) menyatakan bahwa“definisi operasional adalah suatu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau
menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut”. Berikut definisi
operasional dari masing-masing variabel:
1) Layanan
bimbingan konseling
Layanan
bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama
memperoleh berbagai bahan dari narasumber (terutama guru pembimbing) yang
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat (Sukardi, 2003: 48).
2) Peningkatan
kecakapan sosial pada siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto
Kecakapan sosial
merupakan kemampuan berkomunikasi baik lian, tertulis, dan bekerja sama, bukan
sekedar berkomunikasi, tetapi mampu melakukan dengan sopan santun, mngutamakan
tatakrama, mau menjadi pendengar, tidak bersifat menggurui dan sebagainya.
3.
Populasi
dan Sampel Penelitian
Menurut
Sugiyono (2013:117) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu”. Populasi
dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas VIII di SMPN 1 Rumbia Kabupaten
Jeneponto. Sedangkan sampel yaitu bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, pengambilan sampel harus benar-benar
representatif (mewakili) dari populasi tersebut. Teknik sampling yang digunakan untuk
menentukan sampel adalah sampling sistematik, yaitu teknik pengambilan sampel
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Sehingga
sampel dari penelitian ini yaitu siswa yang diberi nomor urut genap. Dalam satu
kelas VIII terdapat 20 siswa. Sehingga sampel dalam penelitian ini ada 20 siswa
yang diberi nomor urut genap. Jadi dalam satu kelas VIII ada 10 siswa yang
mewakili.
4.
Metode
dan Alat Pengumpulan Data
a) Metode
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data dimaksudkan untuk mengungkap fakta mengenai variabel yang akan diteliti
dengan menggunakan metode dan alat pengumpul data yang tepat. Dalam penelitian,
cara untuk memperoleh data dikenal sebagai metode pengumpul data(Arikunto,
2009:149). Hal yang paling diperlukan di sini adalah teknik pengumpulan data
mana yang paling tepat, sehingga bisa diperoleh data yang valid dan reliabel. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan metode
observasi Alasan peneliti menggunakan observasi untuk mengumpulkan data adalah
karena variabel interaksi sosial merupakan atribut psikologis yang sifatnya
tampak dan dapat diamati dengan menggunakan panca indera. Observasi adalah
proses pengamatan yang dilakukan dengan pemusatan perhatian terhadap suatu
obyek dan gejala-gejala yang perlu diamati(Sutoyo, 2012:127). Namun metode
pengumpulan data melalui observasi ini juga memiliki beberapa kelemahan. Gibson
& Mitchell, Mc. Millan & Schumacher (dalam Sutoyo, 2012:91)
mengemukakan beberapa kelemahan dari observasi, antara lain:
(1) Kemampuan
manusia untuk menyimpan secara akurat terhadap kesan yang diperoleh dari hasil
pengamatan sangat terbatas, baik dalam hal jumlah maupun lamanya kesan itu
disimpan.
(2) Cara
pandang individu terhadap obyek yang sama juga belum tentu sama, sebab setiap
orang memiliki frame yang unik yang
mungkin berbeda dengan yang lain.
Dengan
adanya kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki observasi tersebut, maka
peneliti berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan menyusun instrumen sesuai
dengan langkah-langkah yang sistematis serta membuat petunjuk pengisian secara
jelas.
b) Alat
Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dengan observasi, dapat menggunakan
alat bantu yang berupa: (1) daftar riwayat kelakuan, (2) catatan berkala, (3)
daftar cek, (4) skala penilaian, (5) alat-alat mekanaik/elektrik” (Sutoyo,
2009:87). Dalam penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan peneliti
adalah daftar cek. Menurut Aiken dalam Sutoyo (2009:117) memandang bahwa
“daftar cek sebagai bentuk instrumen psikometrik yang paling sederhana, yang
berisi kata-kata, kalimat, atau pernyataan-pernyataan yang berisi
kegiatan-kegiatan atau pikiran-pikiran atau kegiatan yang sedang menjadi fokus
perhatian atau sedang diamati”. Dengan daftar cek memungkinkan pengamat
meneliti seseorang secara sistematis dan obyektif dan merekam hasil observasi
tersebut secara tepat.Daftar cek juga mempunyai beberapa kelebihan, antara lain
efisien, intensif, dan valid serta reliabel.
5.
Validitas
dan Reliabilitas Data
a) Validitas
Instrumen
Suryabrata
(2008:60) mengemukakan bahwa “validitas instrumen didefinisikan sebagai sejauh
mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk
direkam/diukur”.Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
validitas konstruk.Untuk menguji validitas konstrak, maka dapat digunakan
pendapat dari ahli (judgment expert).Sugiyono
(2013:177) menyatakan bahwa “jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga
orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang
diteliti”.Setelah pengujian konstrak selesai, maka diteruskan dengan uji coba
instrumen.Instrumen yang sudah disetujui oleh para ahli tersebut dicobakan pada
sampel dari populasi yang diambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka
pengujian validitas konstrak dilakukan menggunakan rumus korelasi product moment, dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
b) Reliabilitas
Instrumen
Suryabrata
(2008:60) menyatakan bahwa “reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi
hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau
kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan
oleh orang atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam
waktu yang berlainan”. Teknik uji reliabilitas yang digunakan yakni
reliabilitas eksternal dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada
pada instrumen. Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan
teknik test-retest. “Instrumen
penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa
kali pada responden” (Sugiyono, 2013:184). Jadi dalam hal ini instrumennya
sama, respondennya sama, dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari
koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel.
6.
Teknik
Analisis Data
Data mentah yang
telah diperoleh tidak akan berguna jika tidak dianalisis. Data yang terkumpul
perlu diolah dan diuji kebenarannya agar diperoleh hasil yang meyakinkan.Azwar
(1988:405) menegaskan “analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam
metode ilmiah, karena dengan analisalah data dapat diberi arti dan makna yang
berguna dalam memecahkan masalah penelitian”. Berikut teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini:
a) Analisis
Data Secara Deskriptif
Analisis
ini dilakukan dengan maksud untuk memberikan gambaran mengenai hasil
penelitian, tentang karakteristik subyek penelitian sehubungan dengan
variabel-variabel yang diteliti. Dalam hal ini variabel yang akan diteliti
menggunakan analisis deskripsi yakni layanan konseling kelompok dan peningkatan
interaksi sosial pada siswa kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto. Data
yang telah diperoleh melalui observasi akan dideskripsikan hasilnya berkaitan
dengan factor apakah yang mempengaruhi peningkatan kecakapan social pada siswa
kelas VIII SMPN 1 Rumbia Kabupaten Jeneponto.
b) Analisis
Data Secara Statistik
Data
yang diperoleh dari sumber data akan diolah kembali atau dianalisis, yaitu
dengan menggunakan rumus Wilcoxon, untuk mengetahui perbedaan signifikan pre test dan post test. Penggunaan rumus Wilcoxon
ini dikarenakan jumlah sampel sedikit, dan digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif, yaitu dugaan ada tidaknya perbedaan nilai dua kelompok atau lebih (pre-test dan post-test). Dalam penelitian ini, sampel
yang digunakan yaitu 10 siswa, maka uji Wilcoxon
dilakukan dengan membandingkan antara J perhitungan dengan J tabel. Menurut
Sudjana (2002:450) “jika J perhitungan lebih kecil atau sama dengan J dari
daftar berdasarkan taraf nyata yang dipilih maka Hodi tolak”. Jika dalam
analisis data penelitian ini J perhitungan ≤ J tabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
z =
=
Keterangan:
T = jumlah jenjang/rangking yang
kecil
n = jumlah sampel
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1999.Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi.
Hartinah, Sitti. 2009. Konsep Dasar
Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika
Aditama
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurnaningsih.
2011. Jurnal Bimbingan Kelompok Untuk
Meningkatkan Kecerdasan
Emosional Siswa.
Jurnal: SMPN 2 Cicalengka.Prayitno dan
Erman Amti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bnadung : Tarsito.
Sugiyo.
2006. Psikologi Sosial. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda
Karya.
Suryabrata,
Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian.Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutoyo,
Anwar. 2009. Pemahaman Individu. Semarang
: CV Widya Karya.