Ratusan ayat
dalam Alquran menjelaskan penciptaan bumi dan langit.
Berikut beberapa ayat tentang penciptaan alam semesta itu:
''(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'' (QS: Ali 'Imran: 191)
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (QS: Ali Imran: 190).
"Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka." (QS: Al An'aa,:11)
"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS. Al An`aam : 73)
"Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS. Al An`aam : 101)
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy {548}. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (QS: Al A'raaf: 54)
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi...'' (QS At Taubah: 36)
Berikut beberapa ayat tentang penciptaan alam semesta itu:
''(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.'' (QS: Ali 'Imran: 191)
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (QS: Ali Imran: 190).
"Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka." (QS: Al An'aa,:11)
"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS. Al An`aam : 73)
"Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS. Al An`aam : 101)
"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy {548}. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (QS: Al A'raaf: 54)
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi...'' (QS At Taubah: 36)
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا
يُؤْمِنُونَ "Dan
apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman?.'' (QS: AL Anbiyaa: 30)
PROSES PENCIPTAAN ALAM
A. Ayat-Ayat Al-Qur’an Tentang Penciptaan
Alam
- Surat Al-Anbiya’ ayat 30
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian
kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”.
- Surat Huud ayat 7
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia menguji
siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya[1],
dan jika kamu Berkata (kepada penduduk Mekah): “Sesungguhnya kamu akan
dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata:
“Ini[2]
tidak lain hanyalah sihir yang nyata”.
- Surat As-Sajdah ayat 4
“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas ‘Arsy[3].
tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula)
seorang pemberi syafa’at[4].
Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”.
- Surat Adz-Zariyat ayat 47
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷r’Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9
ÇÍÐÈ
“Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan
Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa”.
- Surat Al-Fushilat ayat 9-12
“Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang
bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”.Dan dia menciptakan di bumi
itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. dia memberkahinya dan dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Maka dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya. dan kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
- Surat Ath-Thalaq ayat 12
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu
pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya
benar-benar meliputi segala sesuatu.”
- Surat An-Nazi’at ayat 27-33
“Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit?
Allah Telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, Dan
dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang.
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya,
dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”
- Surat Yunus ayat 3
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk
mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali
sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka
sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”
- Surat Ar-Ra’ad ayat 2
“Allah-lah yang meninggikan langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu lihat, Kemudian dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan
menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.”
10. Al-Baqarah ayat 29
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh
langit. dan dia Maha mengetahui segala sesuatu.”
11. Al-Isra’ ayat 44
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya
bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan
memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia
adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
- B. Penciptaan Alam Menurut Pandangan Ulama’
- 1. Al-Anbiya’ ayat 30
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian
kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Tafsir Al-Maraghi
Secara umum ayat ini membahas tentang keesaan Allah yang
terdapat pada penciptaan langit dan bumi. Allah mencela orang-orang musyrik
yang menyembah tuhan-tuhan selain-Nya karena tidak memikirkan tanda-tanda
keesaan-Nya yang dipancangkan di dalam alam. Kemudian, Allah mengarahkan
perhatian mereka, bahwa mereka tidah patut menyembah berhala dan patung, karena
Tuhan yang Kuasa atas seluruh makhluk ini Dialah yang berhak disembah, bukan
batu atau pohon yang tidak dapat mengelakkan kemudharatan, tidak pula kuasa
mendatangkan manfaat.
Sesuai dengan ayat pertama yang artinya “Apakah
orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa dahulu langit dan bumi itu berpadu dan
saling berhubungan, kemudian Kami memisahkan keduanya dan menghilangkan
kesatuannya”. Ahli astonomi dewasa ini juga mengatakan hal yang sama.
Mereka menetapkan bahwa matahari adalah bola api yang berotasi (berputar pada
sumbunya) selama jutaan tahun. Ditengah-tengah perjalanannya yang cepat, planet
kita (bumi) dan planet-planet lain dari garis khatulistiwa matahari terpisah
daripadanya dan menjauh. Hingga kini bumi kita tetap berotasi dan berevolusi
menurut sistem tertentu, sesuai dengan hukum daya tarik.
Prof. Abbul Hamid, wakil peneropong bintang Kerajaan Mesir
(dahulu), mengatakan: Teori modern mengenai lahirnya bumi dan planet-planet
(bintang-bintang beredar) lainnya dari matahari, bermula dari dekatnya sebuah
bintang besar kepada matahari pada masa yang silam. Lalu, dari permukaannya
tertarik timbunan kabut yang tidak lama kemudian terpisah dari matahari dalam
bentuk anak panah yang kedua tepinya berhias dan tengahnya dalam. Kemudian
timbunan kabut ini menebal di angkasa yang dingin hingga menjadi
timbunan-timbunan terpisah, yang kemudian menjadi bumi kita dan planet-planet
lainnya.
“dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup” demikian pula dengan air itu, Dia menghidupkan dan menumbuhkan setiap tumbuhan.
Qatadah mengatakan: “Kami menciptakan setiap yang tumbuh dari air”. Maka setiap
yang tumbuh itu ialah hewan dan tumbuhan. Sebagian kaum cendekia dewasa kini
berpendapat bahwa setiap hewan pada mulanya diciptakan di laut. Maka seluruh
jenis burung, binatang melata dan binatang darat itu berasal dari laut.
Kemudian setelah melalui masa yang sangat panjang, hewan-hewan itu mempunyai
karakter sebagai hewan darat, dan menjadi berjenis-jenis. Untuk membuktikan hal
itu, mereka mempunyai banyak bukti.
Apakah mereka tidak beriman dengan jalan memikirkan
dalil-dalil ini, sehingga mereka mengetahui Pencipta yang tidak ada sesuatu pun
menyerupai-Nya, dan mereka meninggalkan jalan kemusyrikan.[5]
Tafsir Ibnu Katsir
Allah Ta’ala berfirman mengingatkan tentang kekuasaan-Nya yang
sempurna dan kerajaan-Nya yang agung. “Dan apakah orang-orang yang kafir
itu tidak mengetahui”, yaitu orang-orang yang mengingkari kekuasaan Allah.
Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha Esa dalam
penciptaan lagi bebas dalam penataan, maka bagaimana mungkin Dia layak
disekutukan bersama yang lain-Nya? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa langit
dan bumi dahulunya adalah bersatu? Lalu berpecah-belah, maka langit menjadi
tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dan bumi dipisahkan oleh
udara, hingga hujan turun dari langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-tanaman.
Untuk itu Dia berfirman: “Dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” yaitu, mereka
menyaksikan berbagai makhluk, satu kejadian demi kejadian secara nyata. Semua
itu adalah bukti tentang adanya Maha Pencipta yang berbuat secara bebas lagi
Maha kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya.[6]
Tafsir Al-Mishbah
Berbeda-beda pendapat ulama tentang firman-Nya ini. Ada yang
memahaminya dalam arti langit dan bumi tadinya merupakan gumpalan yang terpadu.
Hujan tidak turun dan bumipun tidak ditumbuhi pepohonan, kemudian Allah membelah
langit dan bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan di bumi. Ada lagi yang berpendapat bahwa bumi dan langit
tadinya merupakan sesuatu yang utuh tidak terpisah, kemudian Allah pisahkan
dengan mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi tetap ditempatnya berada
dibawah lalu memisahkan keduanya dengan udara.
Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuan sebagai salah satu
mukjizat Al-qur’an yang mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet.
Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukti
yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu
gumpalan atau yang diistilahan oleh ayat ini dengan ratqan. Lalu
gumpalan itu berpisah sehingga terjadilah pemisahan antar bumi dan langit. [7]
Tafsir Jalalain
Menurut Tafsir Jalalain, apakah orang-orang kafir tidak
mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang
padu. Kemudian Allah telah menjadikan langit tujuh lapis dan bumi tujuh lapis
pula. Kemudian langit itu dibuka sehingga dapat menurunkan hujan yang
sebelumnya tidak dapat menurunkan hujan. Kami buka pula bumi itu sehingga dapat
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, yang sebelumnya tidak dapat menumbuhkannya.
“Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. Maksudnya airlah yang menjadi penyebab bagi seluruh kehidupan baik
manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Namun mengapalah orang-orang kafir tiada
juga beriman terhadap keesaan Allah.[8]
- 2. Adz-Zariyat ayat 47
“Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan
Sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya.”
Tafsir Al-Maraghi
اَلْاَيْدِ
– Al-Aidi : Kekuatan
لَمُوْسِعُوْنَ
– Lamusi’un : Benar-benar mempunyai kemampuan untuk menciptakan langit
dan menciptakan lainnya. Berasal dari kata Al-Wus’u yang berarti tenaga.
Secara umum, setelah Allah SWT memasukkan terjadinya
penghimpunan dan memberikan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa penghimpunan itu
pasti terjadi tanpa diragukan lagi, maka Allah menunjukkan keesaan dan
kebesaran kekuasaan-Nya. Diterangkan bahwa Allah telah menciptakan langit tanpa
tiang, dan menghamparkan serta membentangkan bumi ini supaya bisa didiami oleh
manusia maupun binatang, dan Dia telah menciptakan pula masing-masing jenis
binatang sejodoh-sejodoh, jantan atau betina, supaya kebaradaan segala jenis
binatang tetap berlangsung sampai dengan kebinasaan alam ini, sesuai dengan
yang dikehendaki Allah.
Dan sesungguhnya Allah telah membangun langit dengan
kemampuan-Nya yang mengagumkan dan kekuasaan Yang Maha Besar. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar Maha kuasa untuk melakukan hal itu tanpa mengalami keletihan
maupun kepayahan. Pernyataan ini merupakan sindiran terhadap kaum Yahudi yang
mengatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam hari. Lalu
beristirahat pada hari ketujuh dengan berbaring di atas ‘Arsy.[9]
Tafsir Ibnu Katsir
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, dalam ayat ini Allah berfirman
seraya mengingatkan penciptaan alam uluwwi (bagian atas) dan alam sufli
(bagian bawah). Allah telah menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara
dan tinggi dengan kekuatan-Nya. Demikian itu dikemukakan oleh Ibnu Abbas,
Mujahid, dan Qatadah Ats-Tsauri dll. dan Allah juga yang telah menjadikan
seluruh penjurunya luas, kemudian Kami meninggikan tanpa menggunakan tiang,
sehingga ia menggantung sebagaimana adanya.[10]
Tafsir Al-Mishbah
Dan langit itu kami bangun yaitu
ciptakan dengan kekuasaan (kami) yang Maha Dahsyat atau berdasar
nikmat Kami yang melimpah dan Sesungguhnya kami benar-benar Maha Luas dalam
kekuasaan kami tanpa ada sesuatupun yang menghalangi.
Ayat 47 ini, mengisyaratkan beberapa rahasia ilmiah.
Diantaranya bahwa Allah SWT menciptakan alam yang luas ini dengan kekuasaanNya.
Dia maha kuasa atas segala sesuatu. Kata sama’ (langit) pada ayat
tersebut dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang ada disekitar benda-benda
langit seperti plenet, bintang, tata surya dan galaksi juga disebut langit.
Bagian alam raya yang terlihat ini amatlah luas, tak terbayangkan dan tak
terbatas, sebab jaraknya bisa mencapai jutaan tahun cahaya. Menurut ilmu
pengetahuan modern, satu tahun cahaya berarti jarak yang dilalui cahaya dengan
kecepatan 300.000 km/s. Frase “Wa Inna Lamusi’un” sesungguhnya kami
benar-benar maha meluaskan. Artinya, Kami meluaskan alam tersebut yang
berlangsung sepanjang masa. Ini juga telah ditemukan dalam ilmu pengetahuan
modern yang dikenal dengan teori ekspansi. Menurut teori tersebut, nebula di
luar galaksi tempat kita tinggal menjauh dari kita dengan kecepatan yang
berbeda-beda. Bahkan banda-benda langit dalam satu galaksi pun saling menjauh
satu sama lainnya.[11]
Tafsir Jalalain
Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dengan kekuatan kami. dan Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa dikatakan
adar rajulu ya-idu qawiyyu artinya lelaki itu menjadi kuat. Dikatakan awsa’ar
rajulu, artinya ia menjadi orang yang memiliki pengaruh dan kekuatan.[12]
Al-Fussilat ayat 9-12
“Katakanlah: “Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang
bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam”. Dan Dia menciptakan di bumi
itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan
padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu
sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan
suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada
tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang
yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah
ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.”
Tafsir Al-Maraghi
Setelah Allah menyuruh Rasul-Nya agar berkata kepada
orang-orang musyrik: Sesungguhnya apa yang aku terima lewat wakyu ialah,
bahwasanya Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka murnikanlah untuk-Nya
ibadahmu, lalu dilanjutkan dengan keterangan yang menunjukkan atas kesempurnaan
kekuasaan dan hikmah-Nya daam menciptakan langit dan bumi pada tahapan tahapan
yang berbeda-beda secara berurut-urut,dan Bahwa Dia telah menyempurnakan bagi
masing-masing langit itu hal-hal yang mereka siap melaksanakannya, dan Dia
menghiasi langit dengan bintang-bintang dan planet-planet, baik yang tetap
maupun yang berlayar. Dan itu tidak mengherankan, karena itu semua adalah
ketentuan dari Tuhan Yang Maha Perkasa, Yang Maha Menang atas urusan-Nya, lagi
Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang ada dilangit maupun dibumi, tidak ada
sesuatupun pada keduanya yang tersembunyi bagi Allah. Maka, kamu mudah saja
menganggap patung-patung dan berhala-berhala sebagai sekutu-sekutu Allah,
padahal patung-patung dan berhala-berhala itu tidak mempunyai sati andil pun
dalam menciptakan dan menakdirkan langit dan bumi.
Tuhan yang telah menciptakan bumi dalam dua tahapan itu, yakni
setahap dimana Dia menciptakan bumi itu padat setelah asalnya merupakan bola
gas, dan tahapan berikutnya Dia menjadikan bumi itu menjadi 26 lapisan dalam 6
periode, sebagaimana diterangkan oleh para ahli geologi. Itulah Tuhan alam
semesta, bukan semata-mata Tuhan bumi saja. Karena Dia-lah yang mengasuh
makhluk seluruhnya. Jika Allah yang menciptakan bumi dalam dua tahap, maka
Dialah yang mengetahui berapa bilangannya. Maka, bagaimanakah sesuatu dari
makhluk-makhluk itu bisa menjadi tandingan dan sekutu bagi Allah.
Dan Dia menjadikan pada bumi itu gunung-gunung yang kokoh yang
menjulang tinggi di atasnya, sedang pokoknya ada dalam tanah yaitu lapisan batu
api. Dari lapisan inilah gunung-gunung muncul. Jadi, gunung-gunung itu
pangkalnya jauh ada di dalam tanah, sama melewati semua lapisan hingga sampai
ke lapisan yang pertama, yaitu lapisan batu api yang sekiranya tidak ada
lapisan ini maka bumi ini takkan menjadi tanah dan tak bisa menjadi tempat
tinggal.
Jadi bumi kita ini sebenarnya merupakan bola api yang
dibungkus dengan lapisan batu api, kemudian di atasnya terdapat lapisan-lapisan
yang lebih lembut, dan disanalah terbentuknya binatang dan tumbuh-tumbuhan
setelah melewati masa yang panjang. Gunung-gunung itu merupakan tonjolan-tonjolan
yang muncul dari lapisan batu api tersebut, lalu menjulang tinggi di atasnya
puluhan ribu kilometer, dan menjadi gudang-gudang air dan bahan-bahan mineral,
di samping sebagai rambu-rambu jalan serta pengendali udara dan awan.
Dan Allah menjadikan gunung-gunung itu penuh berkah dengan
banyaknya kekayaan di sana karena Allah menciptakan disana bahan-bahan yang
bermanfaat. Artinya, bahwa Allah menciptakan gunung-gunung dibumi sebagai
pangkal aliran sungai dan gudang bahan-bahan mineral.
Sesungguhnya penciptaan bumi da dijadikannya gunung-gunung
padanya dalam dua tahapan, sedang dijadikannya kekayaan-kakayaan bumi yang
banyak dan ditentukannnya kadar bahan makanan disana adalah dalam dua tahapan
pula. Jadi, seluruhnya dalam 4 tahapan. [ tû,Î#ͬ!$¡¡=Ïj9ä!#uqy : Dalam 4
tahapan yang sempurna sesuai dengan yang dikehendaki oleh pencari bahan makan
dan apa saja yang membutuhkannya. Yaitu segala binatang yang ada di atas
permukaan bumi, sebagaimana Allah firmankan:
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta
kepadanya. setiap waktu dia dalam kesibukan”.[13]
Jadi manussia dan binatang seluruhnya meminta kepada Tuhan
mereka apa yang mereka butuhkan. Dan oleh karena manusia memperhatikan keadaan
bumi yang ada di sekelilingnya, maka penyebutan tentang bumi didahulukan, dan
Allah terangkan bahwa bumi dengan segala yang ada di atas permukaannya telah
Allah ciptakan dalam 4 tahapan: satu tahap untuk memadatkan materi bumi setelah
asalnya berupa gas, dan setahap lagi untuk menyempurnakan lapisan-lapisan bumi
selebihnya, setahap lagi untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan setahap lagi
untuk pembentukan binatang.
Penciptaan bumi langit ini tidaklah hanya dalam satu tahap
saja, tetapi dalam beberapa tahap sesuai dengan hikmat dan urutan. Sedang
sebagai kitab suci, maka Al-Qur’an cukup mengatakan bahwa Allah telah
menciptakan bumi dalam dua tahapan sedang menciptakan apa-apa yang ada di
atasnya dalam dua tahapan pula, dan begitu pula dalam menciptakan tujuh langit.[14]
Tafsir Ibnu Katsir
Berdasarkan penafsiran Ibnu Katsir ayat 9 merupakan bentuk
pengingkaran Allah terhadap orang-orang musyrik yang menyembah selain-Nya,
padahal Dia-lah Yang Maha pencipta, Maha memaksa dan Maha menguasai segala
sesuatu. Ayat ini mengandung rincian tentang firman Allah Ta’ala:
“Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
hari.”(QS. Huud: 7). Maka, di dalam ayat ini dirinci apa yang berkenaan
khusus dengan bumi dan langit. Dia menyebutkan bahwa pertama kali Dia
menciptakan bumi. Karena bumi sebagai asas (pondasi). Persoalan pokok selalu
dimulai dengan asas, baru kemudian atap. Dan Allah menciptakan bumi ini dalam
dua hari yaitu hari Ahad dan Senin.
Dalam ayat 10 dijelaskan bahwa Allah telah menciptakan
gunung-gunung yang kokoh dan menjadikan bumi penuh dengan berkah yang siap
menerima kebaikan, bibit dan tanam-tanaman. Dan Dia telah menentukan apa-apa
yang dibutuhkan oleh penghuninya, berupa berbagai rizki dan tempat-tempat yang
dapat ditanami dan diolah. Hal tersebut terjadi pada hari Selasa dan Rabu,
sehingga kedua hari tersebut dengan dua hari sebelumnya menjadi empat hari. Hal
ini dapat menjadi jawaban bagi orang-orang yang bertanya.
Ayat 11 yaitu menuju pada penciptaan langit yang masih berupa
asap yaitu asap air yang mengepul katika bumi diciptakan. Kemudian Allah
menanyakan kepada langit dan bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang
dengan suka hati” Artinya, patuhilah perintah-perintah Allah dengan suka
hati atau terpaksa.
Pada ayat 12, Dia telah menjadikan tujuh langit dalam dua
masa, yaitu masa terakhir, hari Kamis dan hari Jum’at. Kemudian Dia tetapkan
ketentuan pada setiap langit apa yang diperlukan, berupa para malaikat dan
makhluk-makhluk lain yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. Serta menghiasi
langit dengan bintang-bintang yang bersinar terang di atas bumi. “Dan Kami
memeliharanya”. Yaitu, menghalangi syaitan-syaitan dari mendengarkan
berita alam atas (langit).[15]
Tafsir Al-Mishbah
Dalam ayat 9 dan 10 berisikan proses penciptaan bumi serta
memperindahnya dengan gunung-gunung yang kukuh agar bumi yang terus beredar itu
tidak oleng. Dan Allah juga melimpahkan aneka kebajikan sehingga bumi dapat
berfungsi sebaik mungkin dan dapat menjadi tempat hunian yang nyaman buat
manusia dan hewan. Semua itu terlaksana dalam waktu empat hari yang terbagi secara
adil yakni dua hari penciptaan bumi dan dua hari sisanya buat pemberkahan dan
penyiapan makanan bagi para penghuninya.
Pada ayat 11 dan 12 yaitu pada proses penciptaan langit yang
masih berupa dukhan atau asap. Para ilmuan memahami kata dukhan
dalam arti satu benda yang terdiri pada umumnya dari gas yang mengandung
benda-benda yang sangat kecil namun kukuh. Berwarna hitam atau gelap dan
mengandung panas. Sedangkan menurut tafsir ini bahwa sebelum terbentuknya
bintang-bintang ada sesuatu yang angkasa raya dipenuhi oleh gas dan asap, dan
bahan inilah terbentuk bintang-bintang. Hingga kini, sebagian dari gas dan asap
itu masih tersisa dan tersebar diangkasa raya.
Ayat-ayat Al-Qur’an melukiskan adanya enam hari atau periode
bagi penciptaan alam raya. Periode dukhan ini menurut ilmuan adalah periode
ketiga yang didahului oleh periode kedua yaitu masa terjadinya ledakan dahsyat
“Big Bang” dan inilah yang mengakibatkan terjadinya asap itu. Pada periode
dukhan inilah tercipta unsur-unsur pembentukan langit yang terjadi melalui gas
Hidrogen dan Helium. Pada periode pertama, langit dan bumi merupakan gumpalan
yang menyatu yang dilukiskan oleh Al-Qur’an dengan nama ar-ratq. Periode
pertama dan kedua itu diisyaratkan oleh QS. Al-Anbiya’ ayat 30.[16]
Tafsir Jalalain
Menurut Tafsir Jalalain, Allah telah menciptakan bumi dalam
dua hari yaitu hari Ahad dan hari Senin. Dan Dia telah menjadikan gunung-gunung
yang kokoh dan kuat denga air yang banyak dan tanam-tanaman serta pohon-pohon
yang banyak pula. Dan Allah telah enetapkan kadar-kadar makanan bagi manusia
dan fauna. Sesungguhnya masa penciptaan selama empat hari adalah masa yang
paling sempurna. Hal ini dijadikannya pada hari Selasa dan rabu.
Kemudian menuju pada penciptaan langit yang masih berupa asap
yang membumbung tinggi. Allah menciptakan langit dalam dua hari yaitu hari
Kamis dan Jum’at. Dan pada hari itu juga diciptakan Nabi Adam dan sesuai dengan
makna ayat ini, yaitu ayat-ayat tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam
hari. Dan Dia perintahkan kepada penduduk yang ada di dalamnya, yaitu taat dan
beribadah kepada-Nya. Kemudian dihiasilah langit bintang-bintang yang
cemerlang. Dan Allah telah menjaganya dengan meteor-meteor dari setan-setan yang
mau mencuri-curi pembicaraan para malaikat. Demikianlah ketentuan yang Maha
Perkasa di dalam kerajaan-Nya.[17]
- C. Penciptaan Alam dalam Pandangan Sains Modern
Alam semesta merupakan ruang kosong mahaluas tanpa batas,
tanpa sinar terang, tanpa gaya apapun, tanpa gravitasi apapun, tidak ada
pengertian atas dan abwah, juga tidak ada pengertian utara-selatan, timur dan
barat,[18]
yang di dalamnya berisi 1 miliar galaksi dan tiap-tiap galaksi terdiri dari 100
miliar bintang, dimana tiap-tipa bintang adalah matahari dengan tata suryanya
sendiri-sendiri.
Pandangan mengenai asal-usul alam mulai dapat dikoreksi dari
berbagai pemikiran para saintis berabad-abad yang lalu. Dalam era fisika klasik
(abad XVII-XVIII), Isaac Newton menggagas bahwa alam semesta ini bersifat
statis. tidak berubah status totalitasnya dari waktu tak terhingga lamanya yang
telah lampau, sampai waktu tak terhingga lamanya yang akan datang. Gagasan
tentang alam tersebut secara tidak langsung menggambarkan bahwa alam tak
berawal dan tak berakhir, atau dengan kata lain, alam ada tanpa adanya proses
penciptaan.[19]
Pandangan klasik Newton ini didasarkan pada pengalaman para
fisikawan di laboratorium, bahwa materi itu bersifat kekal. Pandangan ini
kemudian dikukuhkan oleh Lavoisier pada akhir abad XVIII dengan “Hukum
Kekekalan Materi”. Pandangan bahwa alam ini kekal, kemudian dikenal sebagai
Pandangan Klasik Newtonian.
Awal abad XX, muncullah Albert Einstein, yang berusaha
melukiskan bahwa alam benar-benar statis dalam bentuk rumus matematika yang
rumit. Namun, Friedman menyatakan bahwa rumusan Einstein itu justru
menggambarkan bahwa alam ini dinamis dan hal inilah yang tepat sehingga dikenal
sebagai Model Friedman tentang alam.
Dari gagasan-gagasan di atas, maka lahirlah konsepsi, bahwa
sekitar 15 miliar tahun yang lampau di dalam ruang kosong luas tanpa batas
terdapat sebongkah besar inti atom padat meledak sangat dahsyat
melepaskan zat hydrogen ke segala arah menjadi galaksi-galaksi bintang, dengan
proses pembentukan atom yang lebih berat, sehingga di bumi kita ini terdapat
106 unsur atom. Dan kini sisa energi ledakan itu mengakibatkan materi alam
(galaksi-galaksi) saling menjauh. Gagasan mengenai asal-usul alam ini kemudian
dikenal sebagai Teori Big Bang.
Teori Big Bang didukung oleh beberapa penemuan mutakhir.
Pertama, penemuan Edwin Powell Hubble, astronom kebangsaan Amerika Serikat di
observatorium California Mount Wilson thn 1924. ketika Hubble mengamati
bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop raksasanya, ia mendapati spectrum
cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut.[20] Menurut
teori fisika yang sudah diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak
yang menjauhi tempat observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan
tersebut memberi kesimpualan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan
kecepatan sampai beberapa ribu kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam
sedang berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.
Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einstin yang menyimpulkan
bahwa alam semesta dinamis, tidak statis artinya alam semesta terus berkembang.
Meskipun pada mulanya terimbas gagasan bahwa alam itu statis, lalu
mengembangkan formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam
benar-benar statis, namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam itu dinamis.
Ketiga, pada tahun 1948, George Gamov berpendapat bahwa
setelah ledakan dahsyat ini akan ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah
di alam semesta, radiasi tersebut dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan
oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965 keduanya mendapat hadiah
nobel dari penemuan tersebut Penemuan ini semakin menguatkan bahwa alam semesta
terbentuk dari sebuah ledakan dahsyat.[21]
Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam
semesta yang sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan
sisa dari ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka
hydrogen di alam semesta telah habis berubah menjadi helium.
Gagasan teori Big Bang itu didasarkan juga bahwa
galaksi-galaksi yang saling menjauh itu, kurang lebih seragam di seluruh jagad
raya. Ahli Fisika George Gamow menganalogikan tentang efek perluasan tersebut
sepeti sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup sebuah balon yang
diberi bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat saling menjauh.
Kini, peristiwa Big Bang yang ditengarai menandai dimulainya
penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar “teori”, tetapi sudah menjadi
“keyakinan ilmiah” para ilmuan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa
galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik
untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa
alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang
lalu.
- D. Hubungan Penciptaan Alam dalam Pandangan Islam dan Sains Modern
Diantara segi kemukjizatan Al-Qur’an adalah adanya beberapa
petunjuk yang detail mengenai ilmu pengetahuan umum yang telah ditemukan terlebih
dahulu dalam Al-Qur’an sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern.
Penciptaan alam berdasarkan konsep Islam dan Sains modern ternyata memiliki
hubungan, dan dari beberapa hasil observasi kosmolog ternyata banyak yang
sesuai dengan beberapa firman Allah SWT, antara lain sebagai berikut:
- Surat al-Anbiya’ ayat 30
”Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya
langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami
pisahakan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa alam semesta sebelum
dipisahkan Allah merupakan sesuatu yang padu. Sesuatu yang padu itulah yang
oleh kosmolog disebut dengan titik singularitas. Sedangkan yang dimaksud
pemisahan ialah ledakan singularitas dengan sangat dahsyat, yang kemudian
menjadi alam semesta yang terhampar.[22]
Selanjutnya, dikatakan bahwa segala kehidupan itu berasal dari
air. Tiga ahli kosmologi dan astronomi, yaitu Georges Lamaitre, George Gamow,
dan Stephen Hawking menjelaskan bahwa atom-atom yang tebentuk sejak peristiwa
Big Bang adalah atom Hidrogen (H) dan Helium (He). Adapun air terdiri dari atom
hidrogen dan oksigen (H2O), artinya, sejak tahun 1400 tahun silam
Al-Qur’an telah menyebutkannya jauh sebelum tiga pakar tersebut mengemukakan
teorinya.[23]
2. Surat Az-Zariyat ayat 47
(Artinya) “Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami)
dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”
Menurut Baiquni yang dimaksud Banayna bi’abidin oleh
ayat ini adalah ketika ledakan besar terjadi dan inflasi melandanya sehingga
beberapa dimensinya menjadi terbentang. Sedangkan yang dimaksud dengan inna
lamusi’un, adalah Tuhan yang membuat kosmos berekspansi. Pernyataaan ini
diperkuat oleh maksud lafal yang terpakai, yakni isim al-fa’il, active
participle yang menunjukkan bersifat tetap dan permanen seperti yang dikemukakan
sebelumnya. Hal ini berarti ekspansi alam berlangsung sejak ledakan besar
sampai seterusnya.[24]
Kata musi’un dalam bahasa arab sangatlah tepat
diterjemahkan sebagai “meluaskan” atau “mengembangkan” yang sesuai dengan
penjelasan sains masa kini bahwa alam semesta memang meluas atau mengembang.
Stephen Hawking, dalam A Brief History of Time (1980), mengatakan
bahwa penemuan bukti mengembangkannya alam semesta merupakan salah satu revolusi
terbesar dalam ilmu pengetahuan abad ke-20. Berdasarkan teori Bing
Bang yang telah diterima, alam semesta terbentuk sekitar 13,7 miliar tahun lalu
dan terus mengembang sejak saat itu. Pakar-pakar Astronomi mengenali empat
model grafik alam semesta di masa akan datang, yaitu accelerating expansion
(pengembangan yang bertambah cepat), open universe (alam semesta
terbuka), flat unirvese (alam semesta datar), dan closed universe
(alam semesta tertutup). Model closed universe menjelaskan bahwa suatu
saat alam semesta akan mengerut.[25]
- Surat Al-Fusilat ayat 11
(Artinya) “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan ruang
alam (al-sama’) dan ruang alam (al-sama’) ketika penuh embunan (dukhan), lalu Dia
berkata kepada ruang alam (al-sama’) dan kepada materi (al-ardh): “Datanglah
kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya
menjawab:”Kami datang dengan suka hati.”
Sehubungan dengan tidak adanya Al-Qur’an menjelaskan apa sesungguhnya
yang dimaksud dengan kata dukhan, karena itu beberapa referensi
berusaha menafsirkan kata ini sedemikian rupa. Bucaille memahami kata ini
sebagai asap yang terdiri dari stratum (lapisan) gas dengan
bagian-bagian yang kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau cair
dan dalam suhu rendah atau tinggi. Ibnu Katsir menafsirkan dengan sejenis uap
air. Al-Raghib melukiskan kehalusan dan keringanan sifat dukhan.
Menurut Hanafy Ahmad, karena sifat sedemikian, Ia dapat mengalir dan
beterbangan di udara seperti mengalir dan beterbangan al-sahab.[26]
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menangkap maksud kata dukhan
yang dihubungkan dengan proses penciptaan alam semesta, maka seharusnya
kata ini dipahami dengan hasil temuan sains yang telah dihandalkan kebenarannya
secara empiris. Tentu saja merupakan suatu kesalahan bagi yang mengatakan bahwa
ruang alam (al-sama’) berasal dari materi sejenis dukhan.
Berdasarkan dalam surat Al-Fusilat ayat 11, dukhan tidak menunjukkan
suatu materi asal ruang alam (al-sama’), akan tetapi ia menjelaskan
tentang bentuk alam semesta ketika berlangsungnya fase awal penciptaannya. Hal
ini diperkuat dengan hasil temuan ilmuwan bahwa pada suatu ketika dalam
penciptaan terjadinya ekspansi yang sangat cepat sehingga timbul “kondensasi”
proses dimana pemuaian dan gas kehilangan panas dan akan berubah bentuk menjadi
cair. Saat pemuaian dan gas naik ke tempat lebih tinggi, temperatur udara
lingkungan sekitar akan semakin turun menyebabkan terjadinya proses kondensasi
dan kembali ke bentuk cair dan energi berubah menjadi materi.[27]
Sebagaimana dukhan, Al-Qur’an juga menunjukkan bahwa
zat alir atau sop kosmos (al-ma’) telah ada sebagai salah satu kondisi
terwujudnya alam semesta. Dengan kata lain, sebelum alam semesta terbentuk
seperti sekarang, ia mengalami bentuk atau sifat semacam zat alir atau sop
kosmos.[28]
KESIMPULAN
- 1. Proses penciptaan Alam dimulai dari penyatuan antara ruang alam dan materi dari sesuatu yang padu (Al-Anbiya’ ayat 30) kemudian terjadi pemisahan oleh allah dengan mengalami proses transisi membentuk dukhan. Setelah itu ruang alam melebar, meluas, dan memuai (Adz-Zariyat ayat 47). Proses penciptaan alam berlangsung selama enam periode, dimana empat periode penciptaan bumi dan dua periode penciptaan langit (Al-Fushilat ayat 9-12).
- 2. Penciptaan alam dalam pandangan kosmologi modern, secara kronologis alam tercipta bermula dari ruang kosong, kemudian inti atom padat meledak, lalu menjadi galaksi, dan menjadi bintang-bintang dengan tata suryanya sendiri-sendiri.
- 3. Hubungan antara penciptaan alam dalam pandangan islam dan sains modern adalah bersesuaian. Keduanya sama sekali tidak bertentangan sehingga adanya sains modern dapat mengungkap rahasia proses penciptaan alam yang terdapat dalam Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mahalli, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As-Suyuti.
2008. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1989. Terjemah Tafsir
Al-Maraghi. Semarang: CV Toha Putra.
As Shouwy, Ahmad. 1997. Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah
Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: Gema Insani Pers.
Peters, Ted, dkk. 2002. Tuhan, Alam, Manusia perspektif
Sains dan Agama. Bandung: Mizan.
Purwadi, Agus. 2002. Kosmologi Haqqiyyah. Malang: UMM
Press.
Shihab, M. Quiaish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan
dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Sudarmojo, Agus haryo.2008. Menyibak Rahasia Sains Bumi
dalam Al-Qur’an. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu.
2005. Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Wisoyo, Jenal. 2008. Awal Mula Alam Semesta.
Yogyakarta: Narasi.
Yunus, Rosman, dkk. 2006. Teori Darwin dalam Pandangan
Sains dan Islam. Jakarta: Gema Insani.
Zar, Sirajuddin. 1994. Konsep Penciptaan Alam Dalam
Pemikiran Islam, Sains dan Al-Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
[1] Maksudnya: Allah
menjadikan langit dan bumi untuk tempat berdiam makhluk-Nya serta tempat
berusaha dan beramal, agar nyata di antara mereka siapa yang taat dan patuh
kepada Allah.
[2]
maksud mereka mengatakan bahwa kebangkitan nanti sama dengan sihir ialah
kebangkitan itu tidak ada sebagaimana sihir itu adalah khayalan belaka. menurut
sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan kata Ini ialah Al Quran ada pula yang
menafsirkan dengan hari berbangkit.
[3]
bersemayam di atas ‘Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai
dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya.
[4]
Syafa’at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain
atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa’at yang tidak diterima
di sisi Allah adalah syafa’at bagi orang-orang kafir.
[5]
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV.
Toha Putra), 1989, Hlm. 37-41.
[6]
DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 8, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i), 2005, hlm.
446-448.
[7]
M. Quiaish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati), 2002, hlm 442-445.
[8]
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo),
2008, hlm. 126-127.
[9]
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV.
Toha Putra), 1989, Hlm. 15-17.
[10]
DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 7, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i), 2005, hlm.
543-544.
[11]
M. Quiaish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati), 2002, hlm. 350-352.
[12]
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo),
2008, hlm. 931.
[13]Maksudnya:
Allah senantiasa dalam keadaan Menciptakan, menghidupkan, mematikan,
Memelihara, memberi rezki dan lain lain.
[14]
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV.
Toha Putra), 1989, Hlm……….
[15]
DR. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 9, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i), 2005, hlm.
197-200.
[16]
M. Quiaish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati), 2002, hlm. 381-390.
[17]
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo),
2008, hlm. 737-739.
[18]Jenal
Wisaya, Awal Mula Alam Semesta, (Yogyakarta: Narasi, 2008), hlm. 3.
[19]
Agus Purwadi, Kosmologi Haqqiyyah, (Malang: UMM Press, 2002), hlm. 88.
[20]Ibid,
hlm. 89.
[21]
Drs. Rosman Yunus, M.A. Ed, dkk, Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam,
(Jakarta: Gema Insani), 2006, hlm 8-10.
[22]Sirajuddin
Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Qur’an.
(Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.148.
[23]Agus
Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an. (Bandung:
Pt Mizan Pustaka, 2008), hlm. 10.
[24]Sirajuddin
Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Qur’an.
(Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm.148.
[25]Agus
Haryo Sudarmojo, Menyibak Rahasia Sains Bumi dalam Al-Qur’an.
(Bandung: Pt Mizan Pustaka, 2008), hlm. 13-14.
[26]Sirajuddin
Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Isalam, Sains dan Al-Qur’an.
(Jakarta: PT Grafindo Persada, 1994), hlm. 136-137.
[27]Ibid,
hlm. 137.
[28]Ibid,
hlm. 137-138
Tidak ada komentar:
Posting Komentar